Tak bisa dipungkiri, kita sedang hidup di era serba digital yang memfasilitasi pengguna internet dalam membagikan cerita keseharian atau pencapaian yang mereka raih. Hal inilah yang menyebabkan kita merasa "kurang" hingga insecure akibat membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Melansir dari Tribunnews, insecure dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, adanya guncangan yang terjadi di masa lalu, seperti intimidasi, pengabaian, dan pelecehan.Â
Kita juga bisa merasakan insecure saat menjalin toxic relationship dan memperoleh perlakuan yang kurang baik dari teman, pasangan, bahkan keluarga.Â
Faktor lainnya yang menyebabkan insecure adalah desakan untuk mengikuti tren dan standar yang bersifat tidak realistis. Kebiasaan ini dapat diiringi dengan kecenderungan untuk mencari pengakuan dari orang lain.Â
Meskipun insecure terbilang wajar dirasakan oleh semua orang, sebaiknya kita jangan berlarut-larut dalam ketidakpastian tersebut. Jika kita menghiraukan insecure, kita dapat dihantui rasa cemas yang tentunya mengganggu kehidupan sehari-hari.
Lihat kekurangan dari perspektif lain
Untuk mengurangi rasa insecure, coba amati kekurangan yang kita miliki dari sudut pandang yang berbeda. Contohnya saja kita belum diterima kuliah di universitas impian atau belum mendapat pekerjaan yang stabil.Â
Mungkin dengan tertundanya impian-impian tersebut, kita bisa meningkatkan kualitas diri dengan cara mengatur pola hidup sehat, rajin berolahraga, meluangkan waktu lebih banyak bersama orang tersayang, dan mengembangkan kesadaran spiritualitas.
Atau bisa jadi kita belum mencapai sesuatu yang kita inginkan karena kita sedang dilindungi dari hal-hal yang dapat membahayakan dan mengancam keselamatan.Â
Kita selalu berpikir bahwa kita berada di posisi yang lebih rendah karena condong memandang kehidupan orang lain sebagai kehidupan yang sempurna.