Jenis satwa yang beragam bukan satu-satunya daya tarik JAQS. Menurut Rina, salah seorang pengunjung, suasana yang nyaman dan edukatif turut memengaruhi keputusannya untuk berkunjung. “Setiap ada tamu dari daerah (lain), saya bawa ke sini. Karena tempatnya edukatif, (lalu) nyaman juga,” ungkapnya.
Fasilitas yang JAQS tawarkan memang menunjang wisata edukasi. Dari pintu masuk hingga pintu keluar, layar informasi tidak pernah absen menemani setiap kandang dan akuarium. Layar tersebut tidak hanya menyediakan gambar dan nama Latin satwa-satwa yang ada, tetapi juga informasi menarik lainnya, seperti habitat asal dan keunikan yang mereka miliki.
Tak hanya itu, JAQS juga mengadakan pertunjukan edukasi bersama beberapa jenis hewan, seperti binturong, penguin, dan berang-berang. Jika para pengunjung belum puas melihat para satwa dari luar kaca, mereka dapat berinteraksi dengan satwa-satwa tersebut saat pertunjukan berlangsung.
Saat mengunjungi JAQS, ada beberapa peraturan yang perlu diperhatikan. Pertama, para pengunjung dilarang menyalakan blitz kamera agar tidak mengagetkan satwa. Kedua, tangan pengunjung tidak boleh dimasukkan ke dalam akuarium agar satwa tidak merasa terancam dan berisiko menyakiti pengunjung. Ketiga, satwa tidak boleh diberi makan sembarangan agar kesehatannya tetap terjaga.
Selain peraturan-peraturan di atas, masih terdapat beberapa peraturan lain yang perlu dipatuhi oleh para pengunjung. Umumnya, peraturan tersebut dibuat untuk meminimalisasi risiko para pengunjung membahayakan diri sendiri dan para satwa.
Meski berada di dalam mal yang kerap dipadati manusia, bukan berarti para pengunjung bisa bertindak sesuka hati mereka. JAQS merupakan rumah bagi para satwa, dan para pengunjungnya harus mengikuti hukum yang berlaku di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H