Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di banyak negara tropis, termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, dan sering kali menjadi indikator kurangnya kesiapan sistem kesehatan dalam menghadapi penyakit endemik. Terlepas dari upaya yang telah dilakukan, angka kejadian DBD tetap tinggi, menunjukkan bahwa langkah-langkah yang ada belum cukup efektif. Hal ini mengindikasikan perlunya evaluasi kritis terhadap strategi yang ada dan pelibatan masyarakat secara lebih mendalam.
Penyebab dan Penularan
Penyebab utama DBD adalah virus dengue yang ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. Virus ini tidak dapat menular langsung dari manusia ke manusia, melainkan melalui gigitan nyamuk yang membawa virus tersebut. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak dengan cepat di lingkungan yang terdapat genangan air, seperti tempat penampungan air, barang bekas, atau wadah yang tidak tertutup.
Gejala dan Jenis Infeksi
Virus dengue dapat menyebabkan dua tipe infeksi, yaitu: Â
1. Infeksi Primer:
  Infeksi ini biasanya ditandai dengan demam akut atau dikenal sebagai demam dengue. Gejala ini umumnya berlangsung selama tujuh hari dan dapat dikendalikan oleh respons imun tubuh. Â
2. Infeksi Sekunder: Â
  Infeksi sekunder cenderung lebih berat dan dapat berkembang menjadi Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Sindrom Renjatan Dengue (SRD). Gejalanya meliputi demam tinggi, sakit kepala, lemas, mual, muntah, nyeri perut, dan ruam pada kulit. Pembesaran hati (hepatomegali) juga sering ditemukan beberapa hari setelah demam. Selain itu, pemeriksaan darah biasanya menunjukkan penurunan leukosit dan trombosit yang menjadi tanda infeksi virus dengue. Â
Meski begitu, tidak semua orang yang terinfeksi virus dengue menunjukkan gejala. Beberapa kasus bersifat asimtomatik atau tidak bergejala, sehingga sulit terdeteksi tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Â
Pada fase awal infeksi, pasien sering mengalami gejala tidak spesifik seperti sakit kepala, lemas, mual, muntah, nyeri perut, dan kadang-kadang kemerahan pada kulit (rash). Hepatomegali (pembesaran hati) sering ditemukan beberapa hari setelah demam. Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan penurunan jumlah leukosit dan trombosit, yang menjadi tanda penting bagi klinisi untuk mengidentifikasi infeksi DENV. Namun, beberapa kasus infeksi DENV bisa asimtomatik atau tidak menunjukkan gejala.
Pencegahan
Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan pengendalian populasi nyamuk melalui pendekatan kimia dan fisik: Â
1. Pengendalian Kimia
Penggunaan insektisida bertujuan untuk mengendalikan populasi nyamuk vektor sehingga dapat menekan penularan penyakit. Salah satu metode yang umum digunakan di Indonesia adalah:
Abate: Membunuh larva nyamuk di tempat penampungan air.
Pengasapan (Fogging): Menggunakan insektisida malation untuk membunuh nyamuk dewasa.