Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang berjumlah 86 mahasiswa dan 7 dosen pembimbing melakukan kegiatan Kerja Kuliah Lapangan (KKL) di Gedung Keanekaragaman Hayati (Kehati) BRIN, Kawasan Sains dan Teknologi, Cibinong (Kamis, 14/11/24).
Hadir dalam kunjungan kali ini, Ibu Ima Aryani, S.Pd, M.Pd dengan anggota mahasiswa yaitu Duta Saksena Mahatama, Mumtaza Mandarasy, Intan Zaharani, Aulia Fatma, Banuwati Kartika, Nadhifah Riski, Almira Rahmadani, Vina Nuri, Ajeng Fananda, Annisa Latifatul, dan Dinda Septyani dari Prodi Pendidikan Biologi secara aktif dan antusias mengikuti kegiatan KKL ini. Hal ini telah menjadi komitmen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UMS.
"Kegiatan Kerja Kuliah Lapangan (KKL) yaitu kegiatan belajar yang dilakukan mahasiswa di luar kelas untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan tentang pengawetan specimen," jelas Ibu Ima Aryani, S.Pd, M.Pd selaku dosen pembimbing KKL.
Varanus cerambonensis atau disebut Biawak Bakau Seram merupakan spesies biawak yang tersebar di Kepulauan Maluku. Biawak Bakau Seram ini ditemukan pada tahun 2011 di Desa Kataloka, Kec. Pulau Gonong, Kab. Seram bagian Timur, Gonang, Island, Maluku.
Biawak ini pada bagian atas dari kepala, leher, kaki, dan ekor memiliki warna coklat kehitaman, dengan dihiasi bintik-bintik kecil berwarna kuning. Bagian bawah tubuhnya berwarna putih keabuan, dan berukuran relatif lebih besar dibanding dengan spesies biawak lainnya.
Bapak Mulyadi selaku staf pelaksana fungsi zoologi yang bertugas sebagai pemeliharaan koleksi basah pada hervet yang juga melaksanakan kegiatan Taksodermi turut berpartisipasi penuh dalam kegiatan kunjungan.
"Cara pengawetan awetan basah reptile, pada bagian dalam tubuh specimen umumnya harus utuh. Untuk mengawetkan tubuh bagian dalam pada awetan basah harus disuntik, disesuaikan besar kecil specimen nya" ucap Bapak Mulyadi.
Bapak Mulyadi menjelaskan "Prosedur standar dalam pengawetan awetan basah reptil ini dengan dioles formalin selama satu malam, lalu dicuci dengan air mengalir dan direndam alkohol. Pengambilan DNA nya diambil dari hati, untuk alatnya disuntik formalin 10%".
Bapak Mulyadi menambahkan, "pengecekan awetan specimen basah ini dilakukan sesuai dengan kondisi dan awetan dari specimen tersebut. Untuk penggantian cairan, dahulu dilakukan 3 bulan sekali, namun sekarang menjadi satu minggu sekali. Hewan awetan basah ini disimpan pada suhu 21".