Kebutuhan gizi manusia menjadi hal penting dalam keberlangsungan hidup dan kesehatan manusia  Dilansir pada diskes.baliprov.co.id 2022, stunting menjadi salah satu permasalahan dalam pertumbuhan bayi atau anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis yang mengakibatkan anak terlalu pendek di usianya. Stunting kerap kali ditemukan di masyarakat tak terkecuali Desa Klatakan Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo.
Angka stunting di Desa Klatakan mencapai 46 anak yang mana angka tersebut dirasa tinggi bagi Bapak Kepala Desa Klatakan, Narwiyoto. Hal tersebut dibenarkan oleh Ahli Gizi Desa Klatakan dengan rincian 40 anak berstatus pendek dan 6 anak sangat pendek, sehingga total keseluruhan adalah 46 anak tercatat mengalami stunting. Angka tersebut didapatkan per bulan timbang Februari 2022 dan akan diperbaharui lagi pada bulan September 2022. Menurut Narwiyoto, angka kejadian stunting di Desa Klatakan dianggap cukup tinggi. "Dengan jumlah 46 anak yang terindikasi stunting ini telah menjadi tanggung jawab besar antara pemerintah desa dan elemen masyarakat untuk selanjutnya dilakukan pencegahan stunting dan nantinya akan berdampak pada masa depan seorang anak di Desa Klatakan yang lebih baik", ujar Narwiyoto.
Lailatun Nisfi, selaku Ahli Gizi Puskesmas Kendit menjelaskan bahwa stunting dapat disembuhkan ketika bayi masih berumur di bawah 2 tahun. Edukasi dari pihak tenaga kesehatan terutama Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dan mengetahui secara pasti faktor penyebab terjadinya stunting.
Penyebab peningkatan angka stunting di Desa Klatakan dapat diprediksi akibat beberapa  faktor yang mempengaruhi seperti budaya pernikahan dini, kurangnya pemenuhan asupan gizi ibu hamil dan balita, kurangnya sanitasi lingkungan, dan rendahnya minat ibu hamil untuk mengikuti kegiatan posyandu di tiap dusun. Menurut Rahayu, dkk (2018), pada buku yang berjudul Stunting dan Upaya Pencegahannya faktor penyebab kejadian stunting pada balita dipengaruhi oleh faktor keluarga dan rumah tangga, complementary feeding yang tidak adekuat, beberapa masalah dalam pemberian ASI terutama rendahnya kesadaran ibu terkait pentingnya pemberian ASI hingga 24 bulan, dan malnutrisi (kurang gizi) yang meningkatkan risiko infeksi pada balita.
Kegiatan Rembuk Stunting Desa Klatakan (8/8/22) yang difasilitatori Kepala Desa, petugas kesehatan melalui Puskesmas yang meliputi dokter dan ahli gizi serta perolehan usulan sebagai upaya penyelesaian isu stunting maka diperoleh beberapa usulan dari keterlibatan beberapa kader posyandu, bidan desa, dan pihak mahasiswa KKN 420. Beberapa usulan penting yang diperoleh yaitu memberikan edukasi masyarakat memberikan edukasi masyarakat terkait dengan stunting, optimalisasi Pemberian Makan Tambahan (PMT) sesuai pedoman pada bayi dan anak, intervensi gizi spesifik (ibu hamil, ibu menyusui, balita hingga 2 tahun), edukasi pada pasangan muda untuk menunda kehamilan, dan perlunya edukasi terkait parenting.Â
Berdasarkan penjelasan Ahli Gizi Desa Klatakan dalam Rembuk Stunting, hal-hal yang penting dilakukan untuk mencegah stunting diantaranya pemberian pil tambah darah untuk remaja wanita, pemeriksaan kesehatan calon pengantin, pemantauan gizi ibu hamil, pemenuhan ASI bagi bayi, pemberian MPASI, serta optimalisasi pemenuhan air bersih dan sanitasi lingkungan, pemberian imunisasi dasar Bacillus Calmette--Guerin (BCG), imunisasi Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT), serta pemberian obat cacing setiap 6 bulan sekali.
Permasalahan stunting inilah yang menjadi fokus mahasiswa KKN 420 dalam mengembangkan program kerjanya yang bertemakan stunting. Program kerja yang dijalankan selama 35 hari periode KKN berlangsung ini juga merupakan program kerja yang sedang dijalankan dan digalakkan oleh desa, sehingga pogram kerja di bidang stunting diharapkan memiliki dampak yang terlihat di sisi aspek kesehatan pada balita di Desa Klatakan.
Referensi:
Rahayu, A., dkk. 2018. Study Guide - Stunting dan Upaya Pencegahannya. Yogyakarta: CV Mine