Wilayah yang sering menjadi area penangkapan tuna oleh nelayan setempat terdapat pada 10 titik lokasi tertentu.Â
Daerah-daerah penangkapan tuna memiliki karakteristik tertentu. Ciri khas daerah penangkapan yang dikatakan potensial adalah wilayah dengan karakteristik habitat yang baik dengan indikator berupa ketersediaan makanan dan tingginya kandungan klorofil-a dalam perairan. Selain itu, hasil dari pengukuran beberapa parameter fisik dan kimia perairan di daerah penangkapan memiliki suhu berkisar 28-33°C, kecepatan arus berkisar 0,08-0,15 m/s, salinitas berkisar 32-35%, pH berkisar 7,4-8,2, dan oksigen terlarut antara 7,0-8,0 mg/L.
Musim Penangkapan Tuna
Nelayan di Desa Balauring dalam operasi penangkapannya dibagi menjadi empat pola musim yaitu musim timur yang terjadi pada bulan Juni sampai Agustus, musim peralihan 1 yang terjadi dari bulan Maret sampai dengan Mei, musim peralihan 2 yang terjadi pada bulan September sampai November, dan musim barat yang terjadi dari bulan Desember hingga Februari.
 Di mana musim barat dengan kondisi curah hujan yang tinggi, cuaca yang buruk, dan aktivitas gelombang yang relatif tinggi membuat nelayan tidak melakukan aktivitas penangkapan. Jumlah hari tangkap pada ketiga musim lainnya dalam sebulan berkisar antara 15-19 hari. Uraian terkait musim penangkapan secara umum serupa dengan musim penangkapan pada daerah lain di Indonesia.
Kesimpulan
Desa Balauring yang terletak di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki potensi perikanan yang signifikan dengan estimasi pemasukan mencapai Rp 70 triliun dari sektor kelautan dan perikanan.Â
Nelayan di desa ini menggunakan alat tangkap purse seine yang relatif ramah lingkungan dengan tingkat keramahan yang baik sesuai kriteria FAO. Jenis ikan utama yang ditangkap adalah ikan tuna. Meskipun potensi besar ini ada, tantangan masih dihadapi dalam hal investasi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan.
 Bank NTT telah mengidentifikasi potensi ini dan berencana mengembangkan produk ikan dengan kemasan menarik serta memberikan pendampingan dan pendanaan untuk meningkatkan produktivitas. Upaya lain termasuk pembangunan pabrik es dan tempat penampungan ikan yang baik untuk memudahkan penangkapan dan pemasaran hasil tangkapan.Â
Namun, rencana reklamasi pantai yang ditolak oleh masyarakat dan aktivis lingkungan menunjukkan adanya kekhawatiran akan dampak ekologi dan ruang hidup nelayan tradisional. Secara keseluruhan, meskipun Desa Balauring memiliki potensi besar dalam sektor perikanan tetap diperlukan upaya kolaboratif untuk mengembangkan sumber daya ini secara berkelanjutan dan berdaya saing.