Mohon tunggu...
Almira Erya
Almira Erya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Rekayasa Nanoteknologi Universitas Airlangga

Universitas Airlangga. Seorang mahasiswa teknik yang tertarik pada bidang aerospace dan medis. Bermimpi kelak dapat ikut serta dalam kemajuan iptek Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Maraknya AI di Kalangan Pelajar, Benarkah Ancaman?

11 Mei 2023   13:01 Diperbarui: 11 Mei 2023   13:05 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Artificial Intelligence atau AI merupakan salah satu perkembangan teknologi dengan mengembangkan kecerdasan buatan yang kerap ditambahkan ke berbagai aplikasi dengan memanfaatkan data dari pengguna aplikasi tersebut. Pada dasarnya, pembuatan AI bertujuan untuk membantu dan mempermudah berbagai kegiatan di aplikasi. Namun, maraknya penggunaan AI di kalangan pelajar akhir-akhir ini tentu menjadi sorotan. Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh AI khususnya pada bidang pendidikan menjadi topik pro dan kontra.

Tentunya, perkembangan dan kemajuan teknologi begitu pesat dan sangat diperlukan pada kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, dibutuhkan langkah dan tanggapan yang benar dalam menyikapi perkembangan tersebut. Maka dari itu, apakah langkah dari pelajar dengan maraknya penggunaan AI dalam sektor pendidikan sudah benar?

Fenomena penggunaan AI di kalangan pelajar kerap digunakan sebagai alat untuk mendapatkan jawaban tugas, ujian, maupun bahan tulisan mereka. Hal inilah yang menjadi sorotan hingga di berbagai sektor pendidikan yang secara gamblang melarang siswa untuk menggunakan program AI seperti ChatGPT, BERT, dan lainnya. Sebagai contoh, di New York diberlakukan pemblokiran ChatGPT dari jaringan pendidikan karena resiko penggunaannya untuk bahan contekan serta bahan salinan jawaban tugas. Selain itu, hal seperti ini dilakukan sebagai upaya untuk tetap mempertahankan orisinalitas, kejujuran, serta ketekunan dari pelajar. Dengan adanya larangan seperti itu pun pelajar diharapkan dapat tetap berusaha mengembangkan ilmu yang sudah diberikan.

Maraknya penggunaan AI pada pelajar juga berpotensi besar meningkatkan kemalasan apabila tidak menyikapinya dengan bijak dalam penggunaannya. Kemampuan ChatGPT untuk memberikan jawaban secara cepat juga sudah terbukti dan inilah yang kerap digunakan oleh para pelajar sebagai alternatif tercepat dan termudah ketika mengerjakan tugas. Bukan hanya pertanyaan mengenai bahasa, tetapi chatGPT juga dapat mengolah pertanyaan yang bersifat numerik.

Dalam perkembangan teknologi ini apakah hanya berakibat buruk dan menjadi ancaman saja? Perlu dilihat dari sisi berbeda, perkembangan teknologi berbasis AI seperti ChatGPT juga dapat menjadi sebuah kesempatan bagi para pelajar. Hal ini pun sudah dibuktikan dengan semakin meningkatnya jurnal dan penelitian tentang kelebihan serta peluang yang dapat dikembangkan dari teknologi ini. Sebagai contoh pada penelitian yang dilakukan terhadap pengguna ChatGPT berisi respon dari beberapa mahasiswa yang terdiri dari 4 universitas berbagai negara yakni China, Turki, Amerika Serikat, dan Australia. Umumnya mereka akan menjadikan kemajuan teknologi ini sebagai kesempatan yang besar untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan mereka dengan sudut pandang berbeda dan semakin membuka pikiran ketika kesulitan maupun stuck dengan ide mereka. Responden pun menyikapi bahwa terkadang ChatGPT tidak memberikan jawaban yang sepenuhnya akurat, hal inilah yang dapat menjadi peluang untuk mengembangkan daya berpikir dan kreativitas dalam mengembangkan jawaban yang telah diberikan oleh AI.

Tentunya perkembangan dan kemajuan teknologi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Dengan adanya perkembangan teknologi menjadi bukti konkret bahwa ilmu pengetahuan juga sudah jauh berkembang. Kita hanya perlu menyikapi begitu banyaknya perubahan teknologi dengan bijak dan benar. Bagaimanapun ide orisinal, skema pemikiran, kontrol dan campur tangan emosi, serta kekompleksan lainnya dari otak dan kepintaran manusia sangat berbeda dan tidak dapat ditiru oleh AI. Hal inilah yang juga sebagai salah satu alasan agar kita dapat merespon dengan bijak perkembangan ini sehingga nantinya dapat menjadi peluang untuk membantu kehidupan manusia lebih baik lagi. Siap untuk perubahan dan kemajuan teknologi, bijak dalam merespon serta menghadapinya.

DAFTAR PUSTAKA :

Tlili, A., Shehata, B., Adarkwah, M. A., Bozkurt, A., Hickey, D. T., Huang, R., & Agyemang, B. (2023). What if the devil is my guardian angel: ChatGPT as a case study of using chatbots in education. Smart Learning Environments, 10(1), 15.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun