Mohon tunggu...
Septasari Handayani
Septasari Handayani Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

nama pena Almira Fathiah artinya seorang putri pembukaan kemenangan. sebuah doa untuk memulai segala kegiatan agar bisa membuka sebuah kemenangan secara agama maupun pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Hilangkan Senyum Itu

24 Maret 2013   21:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:17 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_234489" align="aligncenter" width="268" caption="foto : http://www.renunganhariankristen.net"][/caption] Seorang anak terduduk di pojok rumah, menuai air mata sambil memandang dengan mata kosong. Terlihat jelas dukanya yang tidak kunjung reda, terlihat jelas matanya mulai membengkak. Sebuah suara kaki kemudian mendekat, seorang cewek dengan tubuh tinggi tampak memeluk Puri. Desta menatih Puri pelan-pelan, membawa Puri kembali ke kamarnya.

“De, kamu kenapa?” Ucap Desta sambil membelai rambut adiknya itu.

“Kak, kapan ya, mama dan papa bisa akur? Puri ingin mereka bisa rukun, seperti keluarga teman-teman Puri.” Isak tangis Puri masih belum berhenti.

Desta langsung bangkit, sorotan matanya menjadi tajam, dahinya mulai mengerut. Entah mengapa, emosi itu datang terlalu cepat merasuki hati Desta. Ia berjalan menuju ruang tengah, melihat kedua orang tuanya dengan amat tajam. Papa dan Mama yang sejak tadi bertengkar, sesaat menjadi diam tanpa kata, keheranan melihat sorotan mata Desta.

“Bisakah kalian berhenti bertengkar? Kalian lihat itu, Puri menangis bahkan nggak kalian hiraukan! Kami bukan barang mainan yang bisa kalian abaikan begitu saja!”

Meluap sudah emosi Desta yang tertahan sejak lama. Ia mengelus dadanya, mulai mengatur napas agar emosinya mereda. Tatapan tajam itu telah berubah menjadi tetesan air mata yang mengalir deras di pipinya. Mama dan Papa saling memandang, tetapi pandangan itu justru pandangan yang sinis, bukan pandangan penyesalan.

“Lihat anakmu! Coba kamu nggak membuatku marah, anakmu tidak akan menangis!” Papa menyalahkan Mama.

“Cukup! Kamu selalu menganggapku salah! Apakah wanita berkarier itu salah?” Jawab Mama yang tidak kalah emosinya dengan Papa.

Mama berbalik, menuju kamar Puri dan meninggalkan Papa. Melihat anaknya kini sudah tidur terlelap dengan mata yang masih bengkak. Wajahnya murung, merasa bersalah karena kejadian yang membuat Puri menangis.

“Nduk, maafkan Mama ya. Mama janji tidak akan bertengkar lagi dengan Papa. Selamat tidur sayang.” Ucap mama dan mencium kening Puri.

Mama kembali ke ruang tengah, sepertinya membicarakan hal serius dengan Papa. Desta sengaja menghindari mereka agar mereka bisa leluasa berbicara. Desta kembali ke kamar Puri, melihat sebuah senyum tipis tampak di wajah manis adiknya itu. Hatinya mulai tenang.

Senyuman itu harus selalu ada pada Puri. Tolong Tuhan, jangan hilangkan senyum itu.

Ucap Desta dalam hati.

“Selamat tidur Puri

***

Almira Fathiah

minggu, 24 maret 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun