Mohon tunggu...
Almendo Thio Lindra
Almendo Thio Lindra Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Hobi Membaca dan Bermain Game

Selanjutnya

Tutup

Financial

Paylater Keuntungan atau Kerugian, Siapa yang jadi korban?

22 Juli 2024   09:18 Diperbarui: 22 Juli 2024   09:27 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Industri pinjaman online dan  buy now pay later  (BNPL) di Indonesia tumbuh pesat, namun banyak yang terjebak dalam utang karena suku bunga tinggi dan praktik penagihan yang kasar. Menjamurnya penawaran pinjaman online baik legal maupun ilegal menggoda banyak orang untuk menggunakannya sebagai solusi masalah keuangan sudah marak beredar modus baru dari pinjol dan investasi ilegal demi menjerat para korban. Nah kenapa pinjol ilegal ini marak karena prosesnya mudah,contoh guru honorer di Kabupaten Semarang Jawa Tengah terjerat pinjaman online atau lebih dikenal dengan sebutan pinjol yang awalnya hanya 3 juta membengkak hingga ratusan juta rupiah. Misalnya jika seseorang meminjam uang dengan suku bunga harian yang tinggi jumlah pembayaran bulanan dapat menjadi tidak terjangkau, bagi banyak individu terutama mereka yang sudah berjuang secara ekonomi alhasil individu yang tidak mampu bayar pinjaman tepat waktu akhirnya pinjam lagi untuk membayar hutang sebelumnya ini menciptakan spiral utang yang makin lama makin besar keberadaan utang ini menyulitkan mereka untuk mendapatkan pijakan finansial yang stabil makanya banyak pengguna yang jadi korban bunuh diri akibat tidak sanggup bayar utang yang semakin menumpuk.

Namun seiring semakin tegasnya regulasi dan kebijakan pemerintah dalam mengendalikan praktik pinjol yang merugikan banyak dari penyedia pinjaman zaman semacam ini mulai tenggelam tapi seiring tenggelamnya pinjol muncul fenomena baru yang berpotensi memperdalam kemiskinan masyarakat fenomena ini bernama buy now pay later bahasa kerennya adalah beli sekarang bayar nanti meskipun pada permukaannya kedengaran sebagai sebuah solusi bijak tapi ternyata ada sisi gelap juga dengan model bnpl ini di mana tujuan utama mengambil keuntungan dari keterlambatan pembayaran atau late payment fee seperti shopee pay later yang menerapkan late payment fee 5% per bulan dari seluruh tagihan. Hampir sama sistemnya dengan pinjol namun bedanya di bnpl adalah strategi target sasaran orang konsumtif makanya tidak heran kalau banyak penyedia bnpl bermitra dengan e-commerce untuk menawarkan promosi dan diskon khusus kepada pengguna by now pay later ini juga memicu dorongan lebih lanjut bagi orang-orang yang konsumtif tergoda dengan potensi penghematan atau keuntungan dari penawaran khusus. Nah, generasi milenial dan gen Z merupakan kelompok utama pengguna bnpl apalagi menurut laporan terbaru dari International Data Corporation (IDC) yang dirilis 2022 kemarin Indonesia menciptakan gelombang besar pembayaran online penggunaan sistem pay later di belanja online itu sampai dengan 530 juta dolar yang setara dengan 58% dari penggunaan payater.

Highlights

  • 💸 Pertumbuhan pinjaman online dan BNPL di Indonesia mencapai $5 miliar di 2025.
  • 📉 Banyak korban, terutama guru honorer, terjebak utang pinjol ilegal.
  • 📊 Proses pengajuan pinjaman yang mudah menggoda banyak orang.
  • ⚠️ Suku bunga tinggi membuat utang kecil cepat membengkak.
  • 😣 Praktik penagihan yang kasar menambah tekanan emosional.
  • 🔍 Kurangnya transparansi dalam kontrak pinjaman membingungkan peminjam.
  • 🛍️ BNPL memicu konsumsi impulsif, terutama di kalangan Gen Z.

Key Insights

  • 💰 Pertumbuhan Pesat: Pertumbuhan industri pinjaman online dan BNPL di Indonesia menunjukkan potensi pasar yang besar, tetapi juga risiko utang yang meningkat.
  • 👩‍🏫 Dampak pada Guru: Ironisnya, guru honorer yang seharusnya menjadi pendidik malah menjadi korban pinjol, mencerminkan kondisi ekonomi yang buruk.
  • 🧩 Kemudahan Akses: Proses yang mudah dan cepat dalam mendapatkan pinjaman menarik banyak orang, tetapi berpotensi memperburuk masalah keuangan.
  • 📈 Suku Bunga Tinggi: Suku bunga yang sangat tinggi dari pinjol menjadikan utang semakin sulit dilunasi, menciptakan siklus utang yang berbahaya.
  • 🔒 Praktik Penagihan Tidak Etis: Penagihan yang agresif dan tidak etis menyebabkan stres dan tekanan mental bagi peminjam, memperburuk kondisi keuangan mereka.
  • 📄 Kurangnya Transparansi: Banyak peminjam tidak memahami syarat dan ketentuan pinjaman, membuat mereka terjebak dalam utang yang tidak mereka sadari.
  • 🎯 Konsumsi Impulsif dari BNPL: BNPL mendorong perilaku konsumtif yang tidak terencana, terutama pada generasi muda, meningkatkan risiko masalah keuangan jangka panjang.

Sumber referensi: CNBC Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun