Mohon tunggu...
Almaida Medina
Almaida Medina Mohon Tunggu... -

Planologi ITS 2015

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Maraknya Sumber Daya Masyarakat yang Berpendidikan Belum S1

18 Desember 2015   21:48 Diperbarui: 18 Desember 2015   21:48 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring perkembangan zaman, ternyata taraf pendidikan menjadi poin utama seseorang dapat masuk dalam dunia pekerjaan. Terutama pada pekerjaan dibidang perkantoran yang memiliki kriteria calon-calon karyawan/i nya berpendidikan minimal S1 bahkan ada yang S2 dan S3. Sebagai kota yang sumber daya masyarakat nya terbesar, dikarenakan sebagai kota metropolitan, Jakarta juga sebagai ibukota dimana pengembang perusahaan memilih untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

Tapi ternyata masih banyak masyakarat yang belum mumpuni dalam bidang-bidang tertentu dikarenakan hanya memperoleh pendidikan sampai Sekolah Menengah. Bisa dilihat dari 5 tahun belakangan ini, persentase penduduk usia produktif jenis pendidikan Sekolah Menengah Atas memiliki angka lebih besar daripada jenis pendidikan Akademi/Universitas. Ini menjelaskan bahwa masih banyak orang-orang yang belum berhasil menyelesaikan pendidikannya sampai minimal S1. Yang menyebabkan banyak nya pengangguran karena lapangan pekerjaan yang ada mengharuskan adanya gelar sarjana.

Dapat dilihat juga dari data perkenomian ibukota, yang mengalami peningkatan ekonomi setiap tahun, sudah pasti masyarakat nya sudah menengah keatas, tapi tak disangka masih banyak yang mengalami kesulitan ekonomi sehingga belum dapat memenuhi pendidikan yang baik, yang juga menjadi satu alasan kurangnya sarjana S1. Padahal dari pemerintah sendiri telah menyiapkan bermacam beasiswa bagi pelajar atau calon mahasiswa, tidak hanya pemerintah tapi juga dari instansi atau lembaga yang siap menciptakan bibit unggul untuk masa depan negara kita yang lebih baik. Tetapi apakah target yang diincar pemerintah atau instansi tersebut sudah tepat sasaran? Dengan kenyataan sampai saat ini, tingkat kelulusan terbanyak ada pada Sekolah Menengah Atas bukan dari Perguruan Tinggi. Belum lagi bagi mereka yang belum berhasil masuk Perguruan Tinggi Negeri, mau tidak mau mereka harus masuk Perguruan Tinggi Swasta yang uang pangkalnya mengharuskan para orangtua merogoh kocek dalam-dalam dan menghitung kembali pemasukan-pengeluaran beberapa bulan atau tahun kedepan. Orangtua mana yang tidak ingin anaknya mendapat pendidikan yang baik bukan begitu? Berarti ini menjelaskan bahwa, target yang diincar masih sedikit meleset dari seharusnya.

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2011-2013, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan tapi belum tentu para pekerja tersebut lulusan sarjana. Bisa saja SDM yang ada saat ini menjadi tenaga kerja yang terlatih dan tidak terdidik seperti buruh. Dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan sesuai data yang dilansir BPS, angka pengangguran di Indonesia per Agustus 2013 melonjak 7,39 juta jiwa dari Agustus 2012 sebanyak 7,24 juta jiwa.

Maka dari itu, seharusnya dari pihak pemerintah dan instansi sendiri lebih mengkaji dan mengarahkan target yang sesuai agar tidak disalahgunakan kesempatan tersebut. Bisa dengan mengadakan event-event perlombaan, atau alangkah lebih baik memberi amanat kepada sekolah-sekolah untuk mendata siswa/i yang berhak mendapat beasiswa tersebut agar tidak meleset seperti tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian, masyarakat yang membutuhkan dan berniat sekolah dengan baik akan mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga dimasa depan nanti bibit unggul tersebut dapat mengembangkan bahkan menciptakan lapangan kerja baru tanpa bantuan negara asing yang semakin lama semakin membuka lahan di Indonesia, dan dari orang pribumi sendiri malah menjadi bawahannya. Alangkah senangnya jika kita bisa menjadi orang hebat di negeri kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun