Mohon tunggu...
Budi Hari C
Budi Hari C Mohon Tunggu... Buruh Swasta -

Wong Ndesooo.... Hanya ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SO-GHI: Ketika "Tuhan" dan "Saiton" Bertemu di Alam Nyata

27 Agustus 2015   20:18 Diperbarui: 27 Agustus 2015   21:20 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Ditengah gerah dan hiruk pikuknya pemberitaan mengenai perpolitikan dan perekonomian yang membuat urat nadi menegang, ternyata ada juga pemberitaan yang membuat nadi ini sedikit mengendur. Di tengah bertebarannya pemberitaan yang menyesakkan data, ternyata ada juga hal yang membuat mulut ini tersenyum ria.

Yah benar, hari-hari ini pemberitaan di media online dan lini masa medsos tersenyumkan dengan adanya "tuhan" dan "saiton" yang lagi berkibar namanya.

Benar, saya tidak bercanda. "tuhan" dan "saiton" lagi memainkan perannya untuk mendinginkan urat syaraf yang semakin menegang karena membaca berita tak mengenakkan di dunia maya. "tuhan" dan "saiton" berhasil mengalahkan pemberitaan tentang dollar yang semakin digdaya, atau berita tentang sapi yang langka, atau berita tentang serbuan barang china.

Peran "tuhan" dan "saiton" semakin mendapat ruang ketika sebuah stasion televisi swasta berniat mempertemukan mereka berdua. Wah apa jadinya jika "tuhan" dan "saiton" bertemu dalam satu meja. Tentu menjadi menarik bukan??. Bagai peribahasa Asam di gunung garam di laut bertemu dalam satu belanga, maka "tuhan" dari banyuwangi dan "saiton" dari palembang yang seluma tak pernah kenal dan bertemu akan menjadi satu padu di sebuah acara. Pada poin ini, saya mengakui, stasiun televisi yang satu ini "tuhan" dan "saiton" yang membawa berkahnya.

Mengapa harus "tuhan" dan "saiton"??

Tak pelak, kontroversi "tuhan" dan "saiton" menjadi meluas. Semua berbicara mulai dari rakyat jelata seperti saya hingga para ulama. "tuhan" dan "saiton" memang fenomenal. Kontroversi ini memang bukan salah "tuhan" dan "saiton". Keributan ini muncul (mungkin) karena kesalahan bapak/ibu "tuhan" dan "saiton" yang telah ngawur dalam memberi nama anaknya. 

William Shakespeare mengatakan 'apalah artinya sebuah nama.' Bagi William Shakespeare, nama memang mungkin ga ada artinya. Namun bagi kita, nama mempunyai arti dan peran yang penting dalam tatanan sosial kemasyarakatan. Bukankah kita akan merasa marah jika ada orang yang memanggil kita monyet atau anjing misalnya.

Nama yang bagus tentu saja akan membawa kepercayaan yang lebih pada yang punya. Saat sekarang, nama adlah Gaya Hidup. Inilah mengapa, saat ini banyak sekali orang tua yang memilihkan anaknya nama yang sangat indah, bahkan kadang cenderung sulit di eja. Ada yang mengambil nama dari film, ada yang mengambil dari novel, bahkan ada yang mengambil nama dari komik. Berbeda dengan orang jaman dahulu yang cukup simpel dalam memberi nama, seperti Sabar, Subur, Suprapto, Sukarno, atau Tulus misalnya. Namun, sebagian besar dari orang tua, baik jaman dulu atau sekarang, hampir pasti memilihkan nama yang baik, nama yang mengandung doa, nama yang membawa harapan.

Kembali kepada "tuhan" dan "saiton". Pertanyaannya adalah kenapa orangtua mereka memberi nama seperti itu. Banyak jawaban yang mengemuka tapi hanya sekedar analisa belakan. karena orangtua "tuhan" dan "saiton" sudah tiada dan tidak dapat dimintai jawabannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun