Mohon tunggu...
Budi Hari C
Budi Hari C Mohon Tunggu... Buruh Swasta -

Wong Ndesooo.... Hanya ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meluruskan dan Membela Istilah "Ndeso"

6 Juli 2017   13:36 Diperbarui: 6 Juli 2017   14:24 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi tulisan ini bukan mengenaipenodaan agama yang lagi hangat. Tapi lebih kepada penodaaan kata "ndesoo"

Saya kok ikut prihatin (pinjam frasa trademarknya pak SBY) kata ndesoo semakin hari-semakin menurun tingkat kemuliaan dan keindahannya.Kok sekarang kata ndesoo itu identik banget dengan makna dan arti yang jelekdan semakin tersungkur sangat jelek. Dahulu jamannya Mas Tukul Arwana lagingetren dan naik daun, kata ndesoo itu diidentikkan dengan makna terbelakang,ga up to date, ga ngerti perkembangan jaman. Dalam bahasa gaulnya disebut"katrok". Pada posisi ini saya sih masih "iyess". Memang kebanyakan masyarakatdi desa lebih tertinggal informasi yang bersifat kekinian dari masyarakat kota.Konotasi ini masih bisa diterima.

Lha sekarang, setelah mas kaesang muncul mak bedunduk dalamv-lognya, kata ndesooo ternyata maknanya telah terjuun bebas sebebas-bebassnyake dasar jurang. Jurangnya penuh batu padas, dan runyamnya juga banyakbuayanya. Gubrakk... habis sudah. Kata ndesoo benar benar bermakna keparat dantak bermoral. Coba njenengan lihat v-lognya. Kalo ga punya kuota buat lihatyoutube tanya mbah gugel saja untuk cari transkripnya.

Begini makna ndesoo secara tak tersurat dan tak tersiratmenurut mas kaesang. (1) minta proyek orang tua yang di pemerintahan (2) balikdari kuliah diluar negeri trus ngehancurin bangsa dan negara (3) anak kecilbelajar dan diajari menyebarkan kebencian (4) saling menjelekkan, mengadudomba, dan mengkafirkan. You seee...!! What the.. Kata ndeso benar benar hancurdan rusak parah kemaknaannya. Ndeso apalagi kalo huruf o nya lebih dari satuakan berarti sangat koruptif, sangat destruktif, sangat intoleran, tidakmenghargai sesama, suka permusuhan dan menebar kebencian. Woww...

Saya prihatin, sungguh prihatin (Pak SBY pinjam njih..).Tapi mungkin saya maklum. Mas kaesang ini lahir 1994, jadi termasuk generasikekinian. Mas kaesang mungkin belum pernah atau tidak pernah merasakankehidupan ndeso yang sesungguhnya. Mungkin dia hidup di desa yang sudahterinfiltrasi penjajahan kaum kota yang super majemuk sehingga menjadi desakekotaan. Ndeso yang orisinal bukan KW itu indah banget mas. Ndeso itu adalahperpaduan antara landskap alam yang luar biasa indah, suasana alam yangmenyegarkan, dan manusia yang berhati luhur. Kalaupun ada manusia yang tidakberhati luhur itu adalah oknum desa ahaha. 

Gunung yang biru berbalut hijau,gemericik air yang super jernih, kicau burung, angin sepoi, udara segar,berpadu dengan harmonis, rukun, dan tolerannya masyarakat. Istilah gemah ripahloh jinawi itu hanya pas untuk ndeso, gotong royong tanpa pamrih itu hanya adadi ndeso, tepo sliro itu makanan orang ndeso. Keceriaan anak anak dan orangdewasa bermain layangan bersama, main gundu, njebur ke sungai tanpa membedakansuku agama ras dan agama itu hanya ada di ndeso.

Ah Mas Kaesang...masihkah dalam alam pikiranmu ndeso itu selaluidentik dengan keterbelakangan dan kemerosotan moral?? Ah Mas kaesang.. dasar Nguthooo...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun