Di era digital ini, muncul sebuah fenomena yang disebut dengan fenomena global village. Menurut McLuhan, global village yaitu fenomena maraknya masyarakat yang bergantung pada kecanggihan alat elektronik, sehingga menciptakan gambaran bahwa masyarakat dunia berada dalam satu desa besar.
Melalui video konten youtube, dapat menimbulkan terjadinya pengiriman informasi serta tanggapan terhadap informasi yang disampaikan. Ketika yang menyampaikan informasi dan penerima informasi memiliki perbedaan budaya, yang dimungkinkan menimbulkan terjadinya komunikasi antarbudaya.
Perbedaan latar belakang sosial budaya seringkali menjadi hambatan dalam proses komunikasi, karena adanya standar baik, buruk, benar, dan salah yang berbeda di tiap budaya. Oleh karena itu, penting mempelajari komunikasi antar budaya untuk saling beradaptasi terhadap nilai-nilai sosial budaya yang baru melalui komunikasi.
Budaya Indonesia dan Korea memiliki banyak perbedaan, seperti: dari segi penampilan, bahasa, gaya hidup, makanan, cara berinteraksi, dan lain sebagainya. Dan dari kedua budaya tersebut sangat mencolok perbedaannya. Salah satu youtuber yang menyajikan video mengenai perbedaan antara budaya Indonesia dan Korea adalah Xaviera Putri. Ia merupakan seorang pelajar asal Indonesia yang kini sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas Sains di Korea.
Culture shock yang dialami Xaviera selama menjadi pelajar di Korea salah satunya yaitu budaya minum. Budaya minum bareng (suljari) merupakan cara orang Korea untuk bisa mengenal satu sama lain. Maksud disini bukan harus minum bareng, tetapi hanya sekedar untuk berkumpul, mengobrol di tempat minum tersebut. Dan mereka juga menyiapkan banyak game yang melibatkan minum alkohol. Tetapi karena Xaviera seorang muslim, ia ikut hanya sekedar untuk berkumpul dengan teman-temannya.
Seperti dikatakan Kim dan Gudykunts, proses adaptasi merupakan hal yang sudah dimiliki oleh setiap individu secara alami dan universal. Hal paling penting dalam melakukan adaptasi adalah keterbukaan, kekuatan dan kemampuan berpikir positif dari pendatang maupun lingkungan setempat.
Mungkin ada beberapa cara jika kita mengalami culture shock dalam perbedaan komunikasi antar budaya, seperti: kita harus menyadari perasaan tidak nyaman, belajar untuk membuka diri terhadap hal-hal yang baru kita temui, dan yang paling penting kita harus terlibat langsung dengan budaya tersebut dengan cara bersosialisasi atau berbaur dengan orang-orang yang memiliki perbedaan budaya dengan kita di lingkungan baru tersebut.
Dengan adanya teknologi yang semakin canggih di zaman sekarang, membuat komunikasi menjadi jembatan bagi pertukaran budaya. Dengan mempelajari komunikasi antar budaya ini kita diharapkan bisa mempelajari dan memahami segala aspek-aspek positif dari keberagaman budaya yang ada, dan kita bisa lebih menghargai budaya yang sudah ada.
Alma Aninditha Zalianty - Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Muhammadiyah Jakarta
Mata Kuliah Komunikasi Antar Budaya