Tradisi Hiburan Jaran Ebeg di Desa Jejeg
Hai hai sobat kompasiana! Aku mau ngenalin nih salah satu tradisi hiburan yang ada di Desa Jejeg. Desa Jejeg merupakan salah satu wilayah yang berada di Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.Â
Di Desa Jejeg ada sebuah kesenian yang sangat legend dan sangat ramai apabila ada yang menyewa. Di Desa Jejeg biasanya dikenal dengan kata (ditanggap), kesenian tersebut yaitu JARAN EBEG yang biasa di kenal masyarakat desa Jejeg. Jaran Ebeg/kuda lumping merupakan sebuah kesenian yang menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambu.Â
Pada bagian buntut dan kepalanya diberikan sedikit rambut dari ijuk agar terlihat seperti kuda asli, dan pada lehernya diberikan lonceng yang menjadi bunyi khasnya. Kebanyakan pada suatu daerah, ebeg dikenal sebagai tarian khas yang di rasuki oleh makhluk halus.Â
Namun, di Desa Jejeg sedikit berbeda karena ebeg yang dimaksud bukan suatu tarian khas melainkan tradisi hiburan yang dilaksanakan setiap ada yang menyewa/ditanggap. Biasanya masyarakat akan banyak yang menyewa apabila sedang musim hajatan. Â Hajatan disini bukan acara pernikahan namun kebanyakan dari acara khitan/ sunatan.
Jaran ebeg biasanya ditampilkan oleh 4 sampai 5 orang, tergantung penyewa. Tak hanya menjadi jaran ebeg, talent juga menjadi jaran kethek atau menyerupai monyet.Â
Jaran kethek di lakukan setelah ebeg sudah sampai di rumah sang penyewa. Jaran kethek juga mengejar orang-orang apabila banyak yang mengejeknya. Jika musik di mainkan, mereka akan berjoget ria menyesuaikan musik yang diputar. Namun, apabila musik berhenti mereka akan kembali menjadi jaran kethek dan mengejar orang-orang di sekitar.Â
Tradisi jaran ebeg di desa Jejeg identik dengan aulnya yang khas. Â Aul adalah sosok makhluk jadi-jadian yang menyeramkan. Namun, aul yang dimaksud disini yaitu seseorang yang menggunakan kostum lusuh dan topeng yang menyerupai makhluk menyeramkan sehingga membuat orang yang melihatnya merasa takut.
Tradisi ini sangat melekat pada masyarakat Desa Jejeg. Setiap ada yang menyewa, banyak masyarakat yang antusias menontonnya karena sangat menantang, bahkan tidak hanya dari masyarakat lokal namun banyak juga dari masyarakat luar desa. Sebelum dimulai, pawang ebeg meniupkan roh makhluk halus kepada orang yang menjadi ebeg, istilahnya "dirasuki setan" .Â