Dalam era digital ini, kampanye politik telah mengalami pergeseran besar, terutama dengan maraknya kampanye pilpres di media sosial. Fenomena ini menyoroti peran krusial literasi media digital dalam memahami dan menghadapi kompleksitas informasi yang tersebar di platform-platform tersebut. Masyarakat kini dihadapkan pada tugas penting untuk menjadi konsumen informasi yang cerdas guna memastikan partisipasi yang bermakna dalam proses demokrasi.
Salah satu platform yang menonjol dalam kampanye pilpres adalah TikTok. Dalam platform ini, kampanye dilakukan melalui pendekatan yang kreatif dan menghibur. Para kandidat memanfaatkan fitur-fitur seperti video pendek, live streaming, dan tantangan untuk menyampaikan pesan mereka secara efektif kepada pemilih muda. Hal ini menunjukkan adaptasi strategi kampanye politik terhadap preferensi generasi yang lebih cenderung aktif di media sosial.
Namun, perlu diingat bahwa efektivitas kampanye di TikTok juga bergantung pada viralitas dan daya tarik konten, yang tidak selalu mencerminkan kualitas atau substansi dari pesan politik. Oleh karena itu, literasi media digital menjadi penting agar pemilih muda dapat menyaring informasi dan mengidentifikasi propaganda atau manipulasi yang mungkin terjadi di tengah kampanye yang penuh gebrakan.
Kelebihan kampanye pilpres melalui media sosial termasuk akses yang lebih luas dan cepat terhadap informasi politik. Namun, kekurangan juga muncul, seperti risiko penyebaran berita palsu, polarisasi, dan homogenisasi opini. Literasi media digital dapat membantu masyarakat untuk lebih kritis terhadap informasi yang tersebar, mengajarkan keterampilan memverifikasi fakta, serta merangsang pikiran kritis dalam menghadapi berbagai narasi politik.
Dua tantangan etika yang muncul selama kampanye pilpres di media sosial adalah manipulasi data dan penggunaan algoritma untuk mengarahkan informasi kepada kelompok tertentu. Literasi media digital dapat berperan dalam mengatasi tantangan ini dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penggunaan data pribadi dan membantu mereka mengenali upaya manipulatif yang dapat merugikan demokrasi.
Dalam kesimpulan, kampanye pilpres di media sosial membawa tantangan dan peluang baru. Literasi media digital menjadi fondasi penting dalam membekali masyarakat dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi fenomena ini secara bijak. Dengan memahami peran media sosial, mengkritisi konten yang disajikan, dan mempertimbangkan aspek etika, masyarakat dapat memastikan bahwa partisipasi mereka dalam proses politik tidak hanya semakin digital tetapi juga lebih bermakna dan tercerahkan.
Veronika almanda t.l
Mahasiswa Prodi PJJ KomunikasiÂ
Universitas Siber Asia Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H