Mohon tunggu...
Alma Nurullita
Alma Nurullita Mohon Tunggu... Penulis - Generasi muda penerus bangsa

Penyuka literasi, hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tidak Perlu Sedih karena Harga Mie Instan Naik

11 Agustus 2022   11:08 Diperbarui: 11 Agustus 2022   12:22 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenaikan harga mie instan tentunya sangat mengguncang kaum pecinta mie instan. Di beberapa pusat perbelanjaan, mie instan yang sebelumnya dibanderol dengan harga sekitar 2500 an rupiah, kini sudah naik menjadi 3000 rupiah. Bukan tidak mungkin harganya nanti bisa mencapai 10.000 rupiah.

Naiknya bahan baku mie instan yaitu gandum dan terigu sebagai produk turunannya inilah yang menjadi penyebabnya. Rusia dan Ukraina sebagai pemasok gandum terbesar di  dunia terlibat konflik yang tak kunjung selesai. Inilah yang menyebabkan langkanya stok dan kenaikan harga bahan baku. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Faktor eksternal seperti ini tidak dapat dihindari. Mengingat harga tepung terigu di pasar internasional juga mengalami kenaikan. Solusi agar perusahaan tidak rugi ya pastinya dengan menaikkan harga jual, dan ini bersifat mutlak dalam dunia ekonomi. Kalau mengurangi jumlah produksi, justru tidak mungkin karena imbasnya perusahaan pasti rugi dan ujung-ujungnya mem-PHK para karyawan.

Kalau saya sih, sah-sah saja kalau harga mie instan naik. Toh komoditas ekspor mie instan Indonesia mencapai 246,73 juta dollar US per tahun 2021 meskipun mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya (berdasarkan data BPS). Kalau dibandingkan dengan negara-negara lain yang terkenal dengan mie instannya seperti Jepang dan Korea Selatan, harga mie kita sangatlah tidak seberapa.

Contohnya mie asal negara Om Siwon saja mencapai 15 - 25 ribu per pcsnya. 2 kali lipat lebih mahal daripada seporsi mie ayam di warung. Tapi ya saya nggak berharap harga mie lokal sampai semahal itu. Naik boleh-boleh saja kok asal masih terjangkau oleh masyarakat kita. Dengan naiknya harga mie instan sebagai komoditas ekspor, pastilah menambah pemasukan atau devisa negara dan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia.

Lagipula mie itu bukan makanan pokok kita. Apalagi ini mie instan. Makanan pokok orang Indonesia kalau nggak beras ya sagu, atau beberapa mungkin masih memanfaatkan jagung dan umbi-umbian sebagai makanan pokok. Andai harga beras naik 2-3 kali lipat barulah kita menjerit dan merasa tercekik.

Tidak perlu galau bahkan menangis menghadapi kenaikan harga mie instan. Meskipun mie instan memang solusi instan disaat dompet menipis. Saya pun juga pernah dan masih mengalaminya. Anggap saja sebagai cara jitu untuk mengurangi ketergantungan terhadap mie instan yang tidak baik untuk kesehatan.

Jika memang kondisi dompet sedang menipis dan perlu berhemat, solusi terbaik yaitu dengan memasak sendiri. Selain hemat juga ada kepuasan tersendiri. Kalau males ribet atau tidak pandai memasak, masih banyak warung-warung makan yang menawarkan menu sehat dengan harga terjangkau. Contohnya warteg. Pilihan menunya banyak dan harganya murah meriah. Jauh lebih baik dari mie instan yang mengandung pengawet, pewarna, penguat rasa, dan zat-zat kimia lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun