Menjadi bagian dari negara maju merupakan impian banyak orang yang hidup di negara berkembang. Untuk mencapai impian tersebut suatu negara perlu memenuhi berbagai indikator-indikator tertentu yang dapat mewakili kriteria negara maju. Kesejahteraan rakyat dalam berbagai segi menjadi tolak ukurnya. Dalam hal tersebut siapkah Indonesia menjadi negara maju setelah menjadi negara menengah ke atas?
Dalam konteks Indonesia saat ini Jakarta menjadi salah satu tolak ukurnya. Ibu kota negara Indonesia tersebut menjadi gambaran daerah termaju di Indonesia. Dalam berbagai bidang Jakarta telah lebih unggul dari berbagai daerah lain. Namun Ibu Kota Negara tersebut masih memiliki beragam permasalahan. Salah satu di antaranya adalah jumlah kendaraan yang begitu banyak.
Dari tahun ke tahun banyaknya jumlah kendaraan di Jakarta telah menimbulkan berbagai macam permasalahan. Kemacetan di Jakarta sudah menjadi makanan harian masyarakat setempat.Â
Pembangunan jalan yang ruwet kerap menjadi solusi sementara. Kenyamanan masyarkat pun menjadi korban dari permasalahan tersebut. Tak hanya kenyamanan publik, kualitas udara di Jakarta ikut menjadi korban dari banyaknya kendaraan di Jakarta.
Dikutip dari situs IQAir, kualitas udara di Jakarta tergolong buruk. Hal ini tergambar dari Indeks Kualitas Udara daerah Jakarta yang menyentuh angka lebih dari 150.Â
Padahal nilai Indeks Kualitas Udara yang baik itu berkisar dari angka 0-5, diikuti oleh angka 5-100 untuk kualitas udara sedang, dan 100-150 untuk kualitas udara tidak sehat bagi kelompok sensitif.Â
Kualitas udara yang buruk tersebut diwakili oleh nilai materi partikulat atmosfer yang ukurannya sekitar 2,5 mikrometer. Materi tersebut disebut juga PM2.5. Dari Nilai Ambang Batas PM2.5 yang 65 µgram/m3, Jakarta sendiri sempat menempati nilai 66.2 pada Selasa 2 Agustus 2022.
Peningkatan PM2.5 tersebut bersumber dari pencemaran udara di Jakarta yang meningkat. Daerah kumuh dan lembab menyumbang banyak bakteri yang bertebaran di udara.Â
Panasnya udara dan kurangnya lahan hijau ikut mengotori udara Jakarta. Namun yang terbesar terjadi karena emisi pabrik dan kendaraan bermotor di Jakarta. Oleh karena itu, selain kotor dan panas, udara di Jakarta pun menjadi beracun karena tingginya tingkat konsentrasi partikel CO di udara.
Buruknya kualitas udara di Jakarta pun menimbulkan berbagai macam penyakit pernapasan yang dapat dialami oleh masyarakat setempat. Dikutip dari situs yang sama, kualitas udara yang buruk di Jakarta telah menyebabkan 7.600 kematian dengan perkiraan kerugian 2 juta USD.Â
Sebagian besar penderia mengalami penyakit yang berkaitan dengan pernapasan seperti ISPA, pneumonia, kanker paru-paru, dan gangguan jantung.Â