Karya sastra tidak muncul tanpa memiliki hubungan dengan konteksnya. Sebaliknya, karya sastra mencerminkan realitas yang ada di sekitarnya. Peristiwa Arab Spring (Musim Semi Arab), yang pertama kali muncul di Tunisia pada tahun 2011 dan menyebar ke beberapa negara di Timur Tengah, juga menjadi perhatian para penulis Arab dalam karya-karya mereka. (Affan, 2018)
Puisi juga merupakan ekspresi pikiran yang paling tinggi dan pencapaian puncak dari segi seni bagi masyarakat Arab. Seorang penyair memiliki posisi yang tinggi dalam masyarakat dan dihormati sebagaimana seorang imam, juru bicara, pemimpin, atau kepala suku, bahkan seperti seorang nabi. Mereka dianggap memiliki kemampuan untuk mengungkapkan makna kehidupan yang tidak dapat ditemukan oleh individu biasa atau anggota masyarakat umum. (Nurain, 2014)
Sastra Arab sebagaimana yang telah diketahui bersama, merupakan sebuah seni yang telah ada sebelum datangnya Islam ke wilayah Arab. Sastra pada masa ini benarbenar mengakar kuat dan menjadi kebiasaan bangsa Arab jahiliyyah. Sastra Arab tidak hanya digunakan oleh masyarakat Arab pada saat sedang mempresentasikan atau mendemonstrasikan suatu seni (seperti puisi, syair, dan sebagainya), akan tetapi telah menjadi kebiasaan yang digunakan dalam aktivitas sehari-hari hingga dialog antar sesama kaum Arab. (Miolo et al., 2023)
Analisis wacana kritis tentang peran puisi Arab dalam dinamika sosial adalah sebuah pemahaman mendalam tentang bagaimana puisi telah memengaruhi, merefleksikan, atau bahkan membentuk perubahan dalam masyarakat Arab. Ini mencakup sejumlah faktor, seperti puisi tradisional dan kontemporer, serta berbagai tema dan gaya yang digunakan oleh penyair. Berikut adalah beberapa poin penting dalam analisis wacana kritis ini:
1. Menggali Akar Sejarah: Puisi Arab memiliki warisan yang kaya dan panjang. Analisis peran puisi dalam dinamika sosial harus dimulai dengan memahami sejarah puisi Arab, termasuk masa pra-Islam, masa keemasan puisi Islam, hingga perkembangan puisi kontemporer.
2. Pemberdayaan Identitas dan Budaya: Puisi Arab sering digunakan sebagai alat untuk memperkuat identitas dan budaya Arab. Puisi sering mencerminkan nilai-nilai, tradisi, dan sejarah Arab, dan ini dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas budaya dalam menghadapi pengaruh global.
3. Pengkritik Sosial: Banyak penyair Arab telah menggunakan puisi sebagai sarana untuk mengkritik isu-isu sosial, politik, dan ekonomi. Mereka sering kali berbicara tentang ketidaksetaraan, ketidakadilan, atau penindasan dalam masyarakat mereka. Analisis wacana kritis harus mencermati bagaimana puisi Arab menghadapi isu-isu ini dan dampaknya dalam membangkitkan kesadaran sosial.
4. Perubahan Persepsi Gender: Beberapa penyair Arab telah menggambarkan peran gender dalam masyarakat mereka melalui puisi. Puisi telah membantu memunculkan perdebatan tentang peran perempuan dalam masyarakat Arab dan perubahan yang mungkin terjadi seiring waktu.
5. Pengaruh Teknologi dan Globalisasi: Puisi Arab juga mengalami perubahan signifikan dengan pengaruh teknologi dan globalisasi. Analisis harus mencakup bagaimana internet dan media sosial telah memengaruhi cara puisi dikonsumsi, dibagi, dan diperdebatkan di masyarakat.
6. Konteks Politik: Puisi Arab sering terkait erat dengan konteks politik. Penyair sering kali menjadi suara oposisi dan menghadapi tekanan dari pemerintah. Ini mempengaruhi cara puisi digunakan dalam mempengaruhi politik dan masyaraka
7. Rekonsiliasi dan Dialog Antarbudaya: Beberapa penyair Arab telah mencoba mempromosikan rekonsiliasi dan dialog antarbudaya melalui puisi. Analisis harus mencakup peran puisi dalam memahami, meredakan, atau meredam konflik antarbudaya dan agama.