Mohon tunggu...
Ismail Fahmi
Ismail Fahmi Mohon Tunggu... Lainnya - al_mafhumy16

بسمة المرءة تجعل الجبان شجاعا

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membaca sebagai Jembatan Membangun Sumber Daya Manusia yang Unggul

1 Oktober 2023   05:12 Diperbarui: 1 Oktober 2023   07:17 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Krisis membaca di Indonesia bukanlah masalah yang baru-baru ini muncul, melainkan sudah menjadi bahan perbincangan yang cukup lama, dan hingga saat ini belum ditemukan solusi efektif untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia, terutama kalangan mahasiswa sebagai pelaku akademisi yang seharusnya dekat dengan buku. Apalagi ditengah gempuran media social yang kian hari, kian menjadi-jadi. Mahasiswa khususnya lebih cenderung terbawa arus algoritma media social yang berdampak pada tumbuh kembang mereka dan menurunnya. Tentunya, ini menjadi satu isu yang sangat serius, mengingat mahasiswa merupakan generasi yang akan melanjutkan estapet kepemimpinan negeri ini kelak. Mengingat juga, kita yang mayoritas mengaku umat beragama, rasanya tidak pantas jika perintah pertama Tuhan kita abaikan.

Terdapat sebuah korelasi yang sangat erat antara budaya membaca dengan melatih daya nalar, pola pikir, dan ketajaman pikiran kritis. Dari tradisi membaca inilah, seseorang akan mendapatkan sebuah gagasan baru, ide-ide cemerlang, hingga mampu menciptakan sebuah karya yang menakjubkan dunia, baik itu dalam bidang sains, teknologi, seni, atau bahkan agama. Setiap bidang-bidang dari cabang keilmuan memiliki keterkaitan satu sama lain, misalnya antara agama dengan sains. Keduanya bagaikan dua mata koin yang tidak pernah dapat dipisahkan. (Suswandari, 2018)

Aktivitas membaca pastinya tidak bisa dipisahkan dengan aktivitas menulis. Kedua unsur ini menjadi modal utama agar kita mampu mengambil peran secara maksimal di Tengah Masyarakat. Jika seseorang mempunyai bahan bacaan yang banyak dan paham terhadap apa yang dibaca, otaknya akan menstimulus bahan-bahan bacaan tersebut. Nah, budaya literasi seperti ini yang masih sangat rendah di negeri kit ini. Bagaimana kita akan menjadi ilmuan yang menciptakan sebuah karya yang bisa dikenang? Bagaimana bisa negeri ini akan bisa membentuk generasi-generasi emas, jika anak mudanya saja lebih tertarik memantau status Whatsapp daripada membaca buku?

Hasil PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2018 menunjukkan kemampuan membaca (literasi) peserta didik Indonesia, selain matematika dan sains, Indonesia berada di peringkat 74 dari 79 negara, dengan skor rata-rata 371. (Mansyur, 2020)

Akibat rendahnya minat baca Masyarakat, berakibat pada menurunnya kualitas SDM di Indonesia. World Bank tahun 2018 merilis kualitas SDM Indonesia berada di peringkat 87 dari 157 negara. Di tahun yang sama, Business World juga memaparkan bahwa peringkat daya saing SDM Indonesia berada di ranking 45 dari 63 negara. Peringkat ini masih kalah dari Singapura dan Malaysia, yang masing-masing diperingkat 13 dan 22. (Mansyur, 2020)

Tidak hanya pada kualitas SDM saja, hal ini juga tentunya berdampak pada kemampuan Masyarakat dalam berbahasa, kemampuan untuk menangkap informasi yang tersebar, dan masih banyak lagi. Siapa lagi yang diharapkan negeri ini, jika SDM sudah tidak berkualitas, terlebih mahasiswa dan anak-anak muda. Oleh sebab itu, pengembangan budaya membaca dan menulis bagi Masyarakat menjadi kunci SDM Indonesia.

Berikut beberapa solusi yang bisa saya tawarkan untuk meningkatkan minat baca Masyarakat Indonesia:

1. Membangun Perpustakaan Umum yang Terjangkau: Memperluas jaringan perpustakaan umum yang terjangkau dan mudah diakses oleh Masyarakat. Tentunya juga memastikan koleksi perpustakaan mencakup beragam jenis bahan bacaan untuk semua kelompok usia dan minat.

2. Program Literasi di Sekolah: Mendorong sekolah untuk mengembangkan program literasi yang kuat, termasuk waktu baca rutin dan proyek membaca bersama di kelas. Mendorong penilaian literasi yang holistik yang mencakup pemahaman, keterampilan berbicara, dan menulis.

3. Promosi Buku-Buku Lokal: Mendukung penulis dan penerbit lokal untuk menerbitkan buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau. MengadakaN pameran buku lokal dan mendukung inisiatif seperti "Bulan Baca Nasional."

4. Kampanye Kesadaran Literasi: Mengadakan kampanye kesadaran literasi melalui media massa dan jejaring sosial untuk mengedukasi masyarakat tentang manfaat membaca. Mengundang tokoh terkenal, penulis, atau ilmuwan untuk berbicara tentang pentingnya membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun