Mohon tunggu...
Ismail Fahmi
Ismail Fahmi Mohon Tunggu... Lainnya - al_mafhumy16

بسمة المرءة تجعل الجبان شجاعا

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menggali Kekuatan Logika Berpikir: Memahami Logisme, Silogisme dan Falasi

1 Oktober 2023   02:39 Diperbarui: 1 Oktober 2023   07:02 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemikiran merupakan salah satu kemampuan khas yang membedakan manusia dari makhluk lain di planet ini. Pemikiran ialah alat utama yang digunakan untuk memahami dunia, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan mengembangkan pengetahuan. Logika berpikir menjadi pondasi dari pemikiran rasional yang membantu kita untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang berbagai aspek kehidupan. Keterampilan dalam berpikir harus dimiliki setiap individu dari kita, sebab akan berdampak pada bagaimana cara kita mengambil sebuah kesimpulan dari suatu informasi yang datang. Agar dapat memproses suatu informasi dan ide-ide secara sistematis, maka perlu bagi kita memiliki keterampilan logika berpikir. Dengan begitu, kita bisa memilah-milah informasi yang masuk, menganalisis setiap argumentasi, dan membuat keputusan yang tepat dan akurat.

Manusia terlahir dalam fitrahnya untuk berpikir, sebab ia mempunyai akal. Oleh karena itu, besar kemungkinan manusia mempu berpikir kritis, menalar, menganalisis permasalahan, sampai pada mengambil kesimpulan. Dalam proses berpikir secara logic, kita akan menjumpai beberapa istilah, seperti silogisme, logisme dan falasi. Lantas, apa maksud dari setiap istilah-istilah ini?

Logisme ialah suatu bentuk penalaran yang hanya menggunakan satu premis atau asumsi untuk menarik kesimpulan. Contoh: "Semua manusia pasti akan meninggal, maka John pasti meninggal" (Asrobuanam & Sumaji, 2021)

Silogisme adalah bentuk argumen deduktif yang terdiri dari dua premis (pernyataan atau proposisi) yang digunakan untuk mencapai sebuah kesimpulan. Dalam silogisme, kesimpulan yang dihasilkan adalah deduktif, artinya jika kedua premisnya benar, maka kesimpulan harus benar. Silogisme ini merupakan bagian dari logika. Penarikan kesimpulan dalam silogisme disebut dengan penarikan kesimpulan yang sah, sahih, valid, absah, atau current (ZULAIKAH, 2015)

Dalam silogisme terdapat beberapa struktur dasar yang wajib kita ketahui, yaitu;

  • Premis mayor (premis pertama)
  • Ialah sebuah pernyataan atau proposisi umum atau prinsip yang menjadi dasar argument.
  • Premis minor (premis kedua)
  • Pernyataan yang lebih mengerucut dan spesifik yang berkaitan dengan subjek tertentu yang dibahas dalam argumen.
  • Kesimpulan
  • Pernyataan yang dihasilkan dari menggabungkan premis pertama dan kedua dengan logika deduktif.

Contoh silogisme yang terkenal adalah:

  • Semua manusia adalah makhluk moral. (Premis Pertama)
  • Socrates adalah manusia. (Premis Kedua)
  • Oleh karena itu, Socrates adalah makhluk moral. (Kesimpulan)

Dalam contoh diatas, premis pertama adalah pernyataan umum bahwa "semua manusia adalah makhluk moral." Premis kedua adalah pernyataan khusus bahwa "Socrates adalah manusia." Kemudian, mendapatkan sebuah kesimpulan menjadi "Socrates adalah makhluk moral." (Macagno et al., 2017)

Falasi adalah kesalahan atau kekeliruan dalam penalaran atau argumen yang terjadi ketika seseorang menggunakan penalaran yang tidak sah atau argumentasi yang tidak benar untuk mendukung klaim atau kesimpulan tertentu. Falasi adalah bentuk ketidakbenaran yang disampaikan dengan tampilan kebenaran atau logika yang sesuai. Mereka sering digunakan untuk membingungkan, menipu, atau meyakinkan orang secara tidak jujur. Jenis falasi ada beberapa macam, seperti; Ad Hominem, hasty generalization,  slippery slope, pembalikan beban bukti, kecelakaan sebab-akibat, dan penggunaan otoritas.

Berikut contoh dari masing-masing jenis falasi yang sudah disebutkan diatas:

  • Ad Hominem
  • Jenis falasi ini terjadi ketika seseorang menyerang karakter atau kepribadian pembicara daripada menghadapi argumen atau klaim yang dibuat oleh mereka. Contoh: "Anda tidak boleh mendengarkan pendapatnya karena dia seorang penipu."
  • Hasty Generalization
  • Pengambilan kesimpulan yang terjadi berdasarkan sampel yang terlalu kecil atau bahkan tidak cukup. Seperti, "Saya mengendarai sepeda X sekali langsung rusak, jadi semua sepeda yang bermerek X jelek atau tidak bagus"
  • Slippery Slope
  • Satu Tindakan yang bisa saja mengakibatkan serangkaian konsekuensi yang ekstrim, seperti contoh, "Jika kita membatasi hak berkendara, kita akan berakhir dengan kehilangan semua kebebasan pribadi."
  • Pembalikan Beban Bukti
  • Terjadi saat kita meminta untuk membuktikan argument yang tidak benar atau tidak dapat dibuktikan, alih-alih membuktikan argumen mereka sendiri. Contoh: "Saya tidak percaya hantu itu ada, sekarang buktikan kepada saya bahwa mereka tidak ada."
  • Kecelakaan Sebab-Akibat
  • Adanya hubungan sebab akibat antara peristiwa pertama dengan peristiwa kedua, misal: "Setelah saya memakai kaus merah, hujan mulai turun. Kaus merah saya pasti membawa hujan."
  • Penggunaan Otoritas
  • Jenis falasi ini terjadi Ketika seseorang mencoba menyakinkan orang lain dengan mengutip otoritas orang yang terkenal, seperti: "Albert Einstein pernah merokok, jadi merokok pasti tidak berbahaya."

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa logika berpikir adalah alat penting dalam mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir rasional. Dengan menggunakan logika berpikir secara efektif, kita dapat memecahkan masalah, membuat keputusan yang informasional, dan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia sekitar kita. Ini adalah kunci untuk mengasah pikiran kita dan menjelajahi realitas dengan lebih baik.

 

Daftar Pustaka

Asrobuanam, S., & Sumaji, S. (2021). Peran Logika Dalam Berpikir Kritis. JURNAL SILOGISME: Kajian Ilmu Matematika Dan Pembelajarannya, 5(2), 84. https://doi.org/10.24269/silogisme.v5i2.2885

Macagno, F., Walton, D., & Reed, C. (2017). Argumentation Schemes. History, Classifications, and Computational Applications. IFCoLog Journal of Logics and Their Applications, 4(8). https://ssrn.com/abstract=3092491Electroniccopyavailableat:https://ssrn.com/abstract=3092491Electroniccopyavailableat:https://ssrn.com/abstract=3092491

ZULAIKAH, S. (2015). SILOGISME MATEMATIK HUBUNGANNYA DENGAN PROSES PEMBELAJARAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (Sebuah Analisis Filosofis).

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun