Mohon tunggu...
Alma Tiara
Alma Tiara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

ia tertarik untuk belajar menulis sastra dengan merangkai kata dan diksi sebagai luapan emosi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jogjakarta

1 Juni 2023   18:53 Diperbarui: 1 Juni 2023   18:57 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mbak, mau lewat jalan tol atau jalan tikus?" tawar driver
"Hem.. jalan tikus aja bang" sahutku dan kulontarkan senyuman
"Sebenarnya aku suka jalan-jalan dengan sepeda  motor. Apalagi naik Bily sepeda motor kesayanganku" kataku dalam hati.
satu sampai empat jam lagi aku akan tiba di kota itu. Pengalaman selama tiga hari di Semarang sangat membekas . penghargaan dan penghormatan yang aku terima, kamar asrama yang nyaman, kampus UNNES yang mempesona, panitia yang siap sedia, peserta yang beretika, begitu mengesan di hatiku. Lawang Sewu yang membuatku ternganga, ratusan mobil dan kendaraan datang dan pergi mengitari Tugu Muda, lapangan pancasila yang legendaris, kawasan kampus UNDIP  membuatku harus mengakui Semarang punya sejuta kenangan.

Mobil  melaju semakin pelan mendakati kota itu. Aku merasa sangat diistimewahkan bisa dijemput dengan driver pribadi bang Ary dan mbak Puteri. Aku jadi malu pada bang Ary dan mbak Puteri yang menyanjungku sebagai orang baik. Justru aku merasa sebaliknya. Mereka meneduhkan, akrab meskipun jarak aku dan mereka sangat jauh dan  mereka mesra di kala bahagia. Kebaikan dan ketulusan merekalah yang sering menginspirasi diriku untuk sabar dan berbuat baik pada orang lain. Sangking baiknya, mereka itu diam-diam telah memikirkan kalau aku lulus kuliah nanti, aku akan dipekerjaan di studio filmnya.
 Di sepanjang jalan yang ku pilih ini. Ku tempelkan wajahku pada jendela yang ada di sebelah kiri ku, tanpak gunung Merbabu dan gunung Merapi yang gagah dikelilingi awan yang menggoda pandangku. Apakah di sini aku akan mendapatkan sesuatu, sontak aku teringat  lamunanku dua minggu lalu.  
Langit berawan tipis. Matahari bersinar cerah. Panas membawa gerah. Mobil terus melaju, menuju rumah bang Ary dan mbak Puteri.

"Selamat datang Dini yang kita tunggu-tunggu. Mari kita masuk"kata bang Ary. Aku mengangguk dan tersenyum. Aku ditanya gimana perjalan kesini tadi. Semua pertanyaan itu seperti seremonial aku di kota ini.
"akhirnya Adik bisa kesampean kesini juga ya" sahut mbak Puteri
"alhamdulillah, iya dong mbak. Aku tak akan pernah mau ingkar janji, seperti Merapi yang setia memberikan keidahan pada bumi." Gelakku. Kamipun tertawa.

~~~~~
Sambil memasuki taman Sari, ku lihat becak yang di kendarai oleh bapak dan ditumpangai oleh satu anak manis dan ibu cantik. Membuatku teringat impianku waktu itu.

Tiba-tiba tetesan air mengenai tanganku. Satu, dua, tiga, hingga tak bisa ku hitung lagi. Gerimis datang memberitahu bahwa aku harus berlalu dari tempat ini.  Dan di sepanjang perjalanan aku mentap hnaya jalanan basah karena hujan. Aku membuka Hpku untuk mengusir kebosanan.

Seoalah sudut kota bercerita, melalui lampu kotanya.
Bersama seduhan kopi angkringan dan suasana malam yang damai. Aku mencintaimu, Jogja.

Setetes cairan bening yang dingin mengalir dari sudut mataku.

Aku rebahkan tubuhku ke ranjang dan ku pandangi langit langit kamr dengan menerawang.

Air mataku yang mengalir dan menjatuhkan diri sudah tidak terhitung jumlahnya.
Air mata telah surut seiring dengan fajar yang mulai menyingsing dari ufuk timur.
Jingga bersikap seolah menjauh dari awan.

Ku buka pntu rumah itu. Namun saat sampai di depan rumah, aku melihat seorang laki-laki sedang berdiri membelaknagni ku. Dia terlihat sedang berbicara kepada seseorang di sebrang sana.

Tiba-tiba hpku berdering. Kuputuskan untuk mengangkatnya saja.
"Halo!" suara laki-laki ada di sebrang telpon itu sangat aku kenal.
"Din, ayok pulang, ... udah nunggu di rumah"
cinta, persaudaraan dan kenangan terukir di kota ini.
Jogjakarta, isinkan aku untuk selalu kembali lagi bilah hati mulai sepi tanpa terobati.
aku memilih menetap di jogja, sbg obat ampuh berdamai dengan masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun