Mohon tunggu...
Alma Nabila Hamayaputri
Alma Nabila Hamayaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S-1 Matematika Universitas Airlangga

Mahasiswi S-1 Matematika Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pencucian Otak Melalui Sosial Media

22 Juni 2024   22:14 Diperbarui: 22 Juni 2024   22:30 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Istilah "pencucian otak melalui media sosial" merujuk pada praktik di mana organisasi teroris menggunakan berbagai platform media sosial untuk mempengaruhi ide dan tindakan individu, seringkali dengan tujuan meyakinkan orang untuk bergabung dengan ideologi teroris. Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah berkembang menjadi komponen yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan remaja. Penggunaan media sosial oleh remaja dapat berdampak buruk pada kualitas tidur mereka, yang pada gilirannya dapat berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan bahwa penggunaan media sosial berhubungan dengan gangguan tidur. Misalnya, penelitian oleh J.C. et al. (2016) menemukan bahwa penggunaan media sosial dapat menggantikan waktu tidur, meningkatkan gairah emosional, kognitif, dan fisiologis, serta menunda ritme sirkadian. Temuan ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Woods dan Scott (2016), yang menemukan bahwa penggunaan media sosial secara intensif sangat terkait dengan kualitas tidur yang buruk.

Penggunaan media sosial pada malam hari juga dapat berdampak pada kualitas tidur. Menurut penelitian oleh Levenson et al. (2017), paparan layar digital sebelum tidur dapat mengganggu produksi melatonin, yang mengakibatkan gangguan pada proses tidur. Melatonin adalah hormon yang mengatur siklus tidur dan bangun tubuh, dan gangguan produksi hormon ini dapat menyebabkan kesulitan tidur atau tidur yang tidak nyenyak. Notifikasi dari platform media sosial juga dapat mengganggu proses tidur remaja. Notifikasi yang muncul di tengah malam berpotensi membangunkan mereka atau membuat mereka tergoda untuk memeriksa ponsel, sehingga mengganggu tidur yang kontinu.

Tidur yang tidak memadai dapat berdampak negatif pada kesehatan umum dan kualitas hidup seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Syamsoedin (2015) menunjukkan bahwa kurangnya tidur berkualitas dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental, serta pada kinerja sehari-hari dan kualitas hidup secara keseluruhan. Remaja yang tidak mendapatkan tidur yang cukup atau tidur berkualitas mungkin mengalami masalah konsentrasi, suasana hati yang buruk, serta peningkatan risiko terhadap masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, dan masalah jantung.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurniati (2018), ditemukan bahwa sebagian besar responden adalah pengguna media sosial yang intensif dan memiliki kualitas tidur yang buruk. Sebanyak 54,7% remaja melaporkan memiliki kualitas tidur yang buruk akibat kecanduan smartphone. Proses tidur terganggu karena remaja menghabiskan banyak waktu online, terutama pada malam hari, di platform media sosial. Kecanduan ini tidak hanya mempengaruhi durasi tidur tetapi juga kualitas tidur, karena waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat digunakan untuk berinteraksi di dunia maya.

Remaja yang terus-menerus terpapar konten media sosial, terutama yang mengandung elemen-elemen negatif seperti kekerasan, kebencian, atau propaganda teroris, dapat terpengaruh secara psikologis dan emosional. Stres dan kecemasan yang dihasilkan dari paparan tersebut dapat mempersulit mereka untuk tidur dengan nyenyak. Selain itu, paparan konten yang merangsang secara emosional sebelum tidur dapat meningkatkan aktivitas otak yang membuat tidur lebih sulit tercapai.


Pentingnya memahami dampak negatif media sosial terhadap kualitas tidur tidak bisa dianggap remeh. Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi performa akademik remaja, memperburuk hubungan sosial, dan meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan. Remaja yang kekurangan tidur juga cenderung mengalami masalah perilaku dan memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang buruk, yang dapat menyebabkan mereka terlibat dalam kegiatan berisiko.

Untuk mengurangi dampak negatif media sosial pada kualitas tidur, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama, menetapkan batas waktu penggunaan media sosial, terutama pada malam hari, dapat membantu memastikan bahwa waktu tidur yang cukup diperoleh. Remaja harus diajarkan untuk mematikan perangkat digital mereka setidaknya satu jam sebelum tidur untuk mengurangi paparan cahaya biru yang dapat mengganggu produksi melatonin. 

Kedua, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan bebas dari gangguan digital sangat penting. Remaja harus didorong untuk tidak membawa perangkat elektronik ke kamar tidur mereka dan menggunakan alarm tradisional sebagai pengganti ponsel. Selain itu, rutinitas tidur yang konsisten juga dapat membantu memperbaiki kualitas tidur. 

Orang tua dan pendidik memainkan peran penting dalam mengedukasi remaja tentang pentingnya tidur yang cukup dan dampak negatif dari penggunaan media sosial yang berlebihan. Dengan memberikan contoh yang baik dan mendukung kebiasaan tidur yang sehat, mereka dapat membantu remaja mengembangkan kebiasaan tidur yang baik sejak dini.

Dalam kesimpulan, pencucian otak melalui media sosial dapat mempengaruhi kualitas tidur remaja. Penggunaan media sosial pada malam hari dapat mengganggu produksi melatonin dan mengganggu proses tidur. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan penggunaan media sosial dan memastikan bahwa waktu tidur yang cukup diperoleh. Dengan langkah-langkah yang tepat, dampak negatif media sosial terhadap kualitas tidur dapat dikurangi, sehingga remaja dapat memastikan kesejahteraan fisik dan mental mereka tetap terjaga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun