Mohon tunggu...
Allyssa Putri
Allyssa Putri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajaran

Saya pelajaran SMP 44

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Kamu dan Senja

21 November 2024   07:43 Diperbarui: 21 November 2024   07:47 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam semakin larut ketika aku membuka jendela kamar, di luar suasana sepi bahkan terasa sedikit menakutkan. Aku berdiri di depan jendela, menatap para bintang yang terlihat jelas di langit pedesaan. Aku berpikir, kapan terakhir kali aku menatap bintang dan bulan seperti in? Rasanya itu sudah lama sekali, mungkin aku terlalu sibuk bekerja sampai melupakan para bintang yang kadang kala menjadi obat lelah, dan lagi di kota jarang bintang terlihat seperti disini.

Aku senang ketika pulang ke rumah seperti ini, rasanya aku bisa kembali ke saat dimana yang kupusingkan hanyalah tugas sekolah saja. Semuanya terlalu cepat berlalu, rasanya seperti baru kemarin aku berpusing ria karena kesulitan mengerjakan kalkulus.

Pohon mangga depan rumah yang dulu sering aku panjat sekarang sudah tak ada, ditebang karena takut roboh menimpa rumah, padahal mangganya manis sekali. Ketidak beradaan pohon mangga hanyalah salah satu diantara banyak perubahan yang terjadi beberapa tahun terakhir.

Entah karena waktu yamg terus berjalan, atau karena memang sudah seharusnya berubah, semua hal akan menjadi asing pada waktunya, termasuk diri sendiri. Entah apa yang aku lakukan sampai mampu mengubah diri sendiri sedemikian rupa. Aku bukan lagi anak SMA yang gendut seperti dulu, aku juga bukan lagi seseorang yang berharap menjadi putri yang dicintai pangeran dari negeri dongeng. Aku yang sekarang adalah orang yang mencintai diri sendiri lebih dari siapapun.

Pandanganku beralih, aku menatap beberapa potret yang tertempel di dinding samping jendela, poto-poto itu tak sedikitpun luntur, masih bagus seperti pertama kali dicetak. Kebanyakan potret itu berisikan aku dan para sahabatku, aku mengingat betul momen ketika potret-potret ini diambil, suara tawa teman-temanku, candaan mereka dan senyum mereka masih tetap aku simpan rapi di memori hatiku yang paling dalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun