ALLYSSA NADA ARYATI/191241061
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya melalui  gigitan nyamuk bernama Aedes aegypti. Sejak pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1968 di Surabaya, penyakit ini masih menjadi salah satu masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia sampai saat ini. Menurut World Health Organization (WHO) kasus penyakit DBD di Indonesia merupakan salah satu yang paling tinggi di Asia Tenggara.
Indonesia yang merupakan negara tropis menjadikannya salah satu alasan mengapa penyebaran penyakit DBD di Indonesia terjadi dengan sangat pesat. Setiap tahun, jumlah kasus DBD terus meningkat, terlebih di saat musim hujan tiba. Banyaknya genangan air yang ada menjadikannya sarang tempat perkembangbiakkan nyamuk pembawa virus dengue.
Pasien DBD biasanya dapat dikenali dengan gejala demam, muncul ruam, lemas, sakit di belakang mata, dan kelenjar bengkak. Sebelum memasuki fase DBD, seseorang yang terinfeksi virus dengue umumnya mengalami demam tinggi secara mendadak hingga mencapai suhu di atas 38 derajat celsius. Fase ini disebut sebagai demam dengue. Demam terutama berlangsung pada 1--2 hari pertama dan akan turun pada hari ke-3. Namun, perlu diwaspadai bahwa hari ke-3 hingga hari ke-5 saat demam sedang turun, justru merupakan masa kritis, di mana mungkin terjadi kebocoran cairan dari pembuluh darah yang disertai penurunan nilai trombosit sehingga memerlukan terapi cairan dan observasi ketat.
Upaya penanggulan penyakit DBD haruslah dilakukan oleh semua pihak dalam menyukseskannya. Edukasi menjadi salah satu langkah utama dalam penanggulangan DBD. Oleh karena itu, peranan tenaga kesehatan masyarakat dalam pencegahan penyakit ini sangatlah dibutuhkan untuk menekan angka penyebarannya. Penanganan penyakit ini tidak cukup hanya dengan pengobatan, tetapi juga harus melalui upaya pencegahan.
Langkah paling efektif yang dapat diambil oleh tenaga kesehatan masyarakat dalam pencegahan penyakit DBD tersebut adalah melalui tindakan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan). Masyarakat harus diberikan penyuluhan tentang penyebab, gejala, serta cara penularan DBD yang dapat membantu masyarakat lebih waspada dan sigap dalam menghadapi penyebaran penyakit DBD. Penyuluhan serta ajakan untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti program menguras saluran air, menutup penyimpanan air, dan mendaur ulang sampah, menjadi kunci utama dalam mengurangi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes. Masyarakat haruslah diberikan pemahaman bahwa penyebaran penyakit DBD ini dapat diputuskan dengan menyetop proses perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
Selain itu, pengendalian vector nyamuk penyebar DBD melalui pemantauan jentik berkala merupakan langkah penting yang harus dilakukan dan menjadi tanggung jawab bersama. Tenaga kesehatan masyarakat dapat bekerja sama dengan masyarakat daerah setempat. Kita harus memastikan bahwa tidak ada lagi tempat perkembangbiakan nyamuk penyebar DBD. Pemerintah juga memiliki kewajiban dalam menyediakan perlengkapan yang dibutuhkan untuk membunuh larva nyamuk serta melakukan pengasapan (fogging) di daerah yang terkena wabah. Â Secara keseluruhan, pencegahan DBD merupakan tanggung jawab kolaboratif dan memerlukan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat.Â
KATA KUNCI: Demam, Masyarakat, Sakit
DAFTAR PUSTAKAÂ