Mohon tunggu...
Allma Nenda
Allma Nenda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebagian Kehidupan Saya adalah Memorabilia Darinya

26 Maret 2019   14:24 Diperbarui: 26 Maret 2019   17:34 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pinterest.com/photopassion101 

Pada sebuah kesunyian balkon rumah, purnama sedang megahnya memancarkan sinar. Udara malam itu berderu akan segala kenangan. Dingin merangkul ingatan, berbisik tentang masa lalu yang penuh liku.

Banyak tempat menjadi saksi kebersamaan aku dan dia; bangku taman, ruang perkuliahan, jalanan penuh kemacetan, warung makan, alun -- alun kota dan bahkan butik tempat kami memilih busana pengantin, hampir semua tempat adalah pendiri kisah yang pernah dilalui sepasang muda -- mudi penuh asmara seperti kami.

Bersamanya memang bisa dihitung berapa lama, namun aku tidak pernah mau menominalkannya lewat  deretan angka. Bersamanya memang bisa digambar melalui imajinasi pembaca, akan tetapi semua tak sebanding dengan apa yang pernah kami jalani bersama, lebih dramatis tentunya juga berbeda dari kisah lainnya.

Pada balkon rumah kali ini, aku memutuskan untuk mengatakan bahwa rinduku tak pernah berhenti, rasaku tak akan mati dan bayangmu tidak pernah sanggup meninggalkan pergi.

Sekalipun aku mencoba mengubur, menenggelamkan, bahkan membunuh ingatanku sendiri. Bayangmu tetap memilih berdiam di salah satu sudut sepi relung jiwaku. Semakin hari semakin aku tak berdaya melawan pintanya, untuk menjadikannya Memorabilia. Bercampur perasaan sakit kurelakan engkau menghuni salah satu bagian hatiku.

Jika saja, kala itu tidak pernah terjadi. Mungkin aku tidak akan hidup se-sengsara ini, mengingat senyumnya hanya berupa lukisan angan -- angan. Andai lagi, aku dapat memilih. Berharap bukan kaki yang terenggut, melainkan segala bentuk kenangan. Agar aku bisa hidup lebih tenang tanpa perlu merasakan tikaman yang tertumpuk kian kejam.

***

Untunglah semesta dengan senang hati memberi pengertian padaku, lewat larut yang mencekam bunyi berbisik yang dibawa angin malam, sebuah suara mengatakan :

"Bahwa semua yang pernah terjadi bukan salahmu, bahwa ia yang pergi telah merelakan raganya dipeluk bumi. Kini, tugasmu mendamaikan perasaanmu sendiri. Biarkan Memorabilia tertanam hingga nanti dan kau kian rela menapaki jalan yang telah diberi."

Aku berhasil terbangun, bersama air mata mengucur deras. Kulihat bulan purnama nampak berbeda dari sebelumnya, cahaya lebih terang layaknya wajah seorang manusia yang berhasil melepas rasa sakitnya.  

#500artikellisthia agar saya mudah menemukanmu #eh 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun