Mohon tunggu...
Alliq Mc Gellnow
Alliq Mc Gellnow Mohon Tunggu... lainnya -

Bukan siapa-siapa, tapi ada dimana-mana.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Xenia Maut

25 Januari 2012   14:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:28 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu lah judul yang sering kita baca di media online beberapa hari ini. Cukup insinuatif sampai-sampai pabrikan mobil Daihatsu belakangan makin menggencarkan iklan mobil Xenia di TV untuk mengcounter opini publik yang tercipta akibat kejadian tabrakan maut yang memakan korban 9 orang sekaligus. Pengemudi Xenia, AS, 29 tahun, mungkin juga tidak berpikir bahwa nasibnya (dan keluarganya) hari itu dan seterusnya ke depan akan demikian berubah drastis, dari orang kebanyakan menjadi orang dengan gambaran yang menyeramkan seperti bisa kita baca di media sosial, misalnya pembunuh berdarah dingin, psikopat, dll. Korban kecelakaan dan terutama keluarganya tentu saja juga ikut berubah perjalanan hidupnya. Bahkan ketika diwawancarai di TV-One, ayah salah seorang bocah yang menjadi korban di sana, akan menunggu AS sekeluar dari penjara kelak untuk membalas dendam perbuatannya menghilangkan nyawa anak satu-satunya. Entah apa yang akan dia lakukan. Yang pasti, mendengarnya mengatakan demikian saja sudah membuat bulu kuduk saya berdiri. Mengerikan!


Dugaan penyebab terjadinya kecelakaan mengerikan tersebut sebagaimana dilansir oleh pihak Kepolisian adalah bahwa si pengemudi sedang dalam pengaruh narkoba. Kesadaran orang yang sedang dalam pengaruh narkoba tentu saja tidak genap. Kesadaran yang tidak genap ini adalah sebuah kesengajaan yang belakangan menjadi suatu kelalaian atau kecerobohan karena mengakibat hilangnya nyawa orang lain. Dimana-mana yang demikian ya namanya pidana.


Saya bukan pembela AS dan tidak bermaksud mengecilkan arti kehilangan keluarga korban. Kecelakaan itu jelas sebuah kesalahan yang harus ditebus. Beberapa penulis Kompasiana sudah menghimbau atau bahkan terang-terangan menulis agar kita menghentikan hujatan, makian atau apapun namanya kepada AS dan apalagi kepada keluarganya (ibunya yang tentu saja tidak tahu apa-apa). Namun demikian ada hal penting yang mustinya patut kita simak. Bukan apa-apa, siapa sih AS itu sebelum kejadian ini? Orang kebanyakan seperti kita yang kebetulan bernasib sial saja kan? Sebegitu banyak junkies berkeliaran di diskotik atau klub malam, yang juga mabuk dan mengendarai kendaraan, tapi toh mereka selamat tiba di tujuan dan tidak menabrak orang. Jadi kenapa harus AS?


Takdir. Ya, takdir. Tapi kita tidak boleh melewatkan takdir yang satu ini begitu saja. Ini harus menjadi pembelajaran kita semua. Yang meninggal tak mungkin lagi dihidupkan kembali. AS akan merasakan buah akibat perbuatannya kelak ketika dibui. Tapi yang namanya narkoba ini, kenapa barang jahat ini selalu jadi pihak yang tertawa-tawa di tengah situasi ini??? Kenapa semua orang menumpahkan kemarahan kepada AS yang sedikitpun tidak memiliki daya untuk bisa merubah keadaan di Republik yang sudah sekian lama dijajah oleh narkoba. Kenapa kita tidak curahkan saja energi marah ini menjadi amarah yang lebih terstuktur untuk mulai menguliti apa dan bagaimana bisnis narkoba ini, siapa saja aktor utama dan aktor pendukung bisnis haram ini, kemampuan apa yg dimiliki dan tidak dimiliki oleh aparat penegak hukum dalam menghadapi narkoba ini, apa yang membuat mereka demikian lemah dalam menghadapi kartel narkoba ini, pernahkah pemerintah SBY menyatakan perang terhadap narkoba dan mencurahkan segala sumber daya untuk memusnahkan peredaran barang haram ini dari tanah Republik yang kita cintai ini? Jangan-jangan anggota keluarga kita pun sudah mulai mengkonsumsinya tanpa kita tahu dan sadari?


Cukup sudah rasanya amarah kita alamatkan kepada AS. AS sudah jelas nasibnya. Dia akan dipenjara entah berapa tahun. Dan sesudah itu dia akan kembali menjadi orang kebanyakan lagi, dan kita lupakan. Tapi barang yang satu ini kapan matinya???? Ayo kita tingkatkan kemarahan kita kepada narkoba, karena kemarahan ini membutuhkan stamina yang lebih besar, butuh perjuangan lebih lama, butuh dana tidak sedikit dan niat yang kuat. Dan selama itu kita tidak lakukan, narkoba ini tetap saja akan mentertawakan kita semua. Persis seperti wabah korupsi mentertawakan kelemahan bangsa ini di hadapan altar duniawi. Mereka semua, para bajingan itu mentertawakan saya dan anda sekalian. Mentertawakan kita semua ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun