Menurut, Fadli (2020), Demam berdarah atau dalam konteks awam dikenal dengan istilah DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan salah satupenyakit yang dapat ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, serta dipengaruhi oleh virus Dengue dengan gejala umum seperti,munculnya demam tinggi dan flu yang biasa terjadi di daerah tropis maupun sub tropis. DBD pertama kali ditemukan di Indonesia tepatnya di kota Surabaya sekitar tahun 1968, namun telah ditetapkan isolasi terhadap virus pada tahun 1970, dimana setelah kejadian tersebut virus DBD menyebar ke berbagai penjuru daerah hingga ke semua provinsi yang telah terjangkit di Indonesia (pada kala itu masih terdapat sekitar 27 provinsi) ketika tahun 1980 (Ginanjar, 2008).
Telah terhitung jutaan kasus beredar mengenai adanya infeksi DBD melanda berbagai penjuru daratan Indonesia, diduga peningkatan infeksi tersebut disebabkan karena adanya perubahan iklim yang tidak stabil, kurangnya Kewaspadaan, kesadaran serta pengetahuan masyarakat mengenai betapa pentingnya penghindaran serta pencegahan diri dari bahaya gigitan nyamuk. Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan kementrian kesehatan guna mengurangi peringkat angka pasien DBD yaitu dengan meningkatkan analisisa diagnosis, distribusi alat kesehatan serta sistem deteksi. Dalam konteks kali ini, para penyuluh kesehatan masyarakat berperan aktif sebagai stakeholder karena dianggap memiliki posisi paling dekat dengan masyarakat. Para penyuluh kesehatan masyarakat atau dikenal dengan Kader kesehatan ini, memberikan kontribusi berupa sosialisasi dan edukasi terutama menyingkap mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, pemberantasan jentik nyamuk, yang diharapkan nantinya angka pasien DBD dapat terkendali. Dengan terlaksananya kegiatan tersebut, para Kader kesehatan dianggap berhasil dalam usahanya meningkatkan pengetahuan yang diperoleh berupa pembelajaran ilmu kesehatan, karena diperlukan adanya sikap Kewaspadaan terhadap penyakit yang merebak. Selain itu, strategi Kader kesehatan yang efektif dilaksanakan berupa pendekatan holistik dalam menetralkan peringkat pasien DBD, dimana pendekatan tersebut mengacu pada keaktifan masyarakat dalam keikutsertaannya terkait pembasmian serta pencegahan terhadap penyebaran jentik Nyamuk, hal ini dilakukan karena faktor tingkah laku serta lingkungan di masyarakat.
Rute yang dapat diambil terkait peringkat pasien DBD dapat berupa penaggulangan dari Kader kesehatan bersama tokoh masyarakat yang ikut serta menggerakkan dan melakukan pengerahan secara langsung. Penyuluhan juga dapat diterapkan oleh para petugas kesehatan masyarakat dengan upaya berkoordinasi bersama puskesmas. Beberapa upaya tersebut sesuai bagi para Kader kesehatan dengan menerapkan kinerja bersama dengan masyarakat guna bekerja sama dalam mengendalikan peringkat DBD yang merebak di Indonesia. Dikarenakan kurangnya kesadaran individu serta Kewaspadaan masyarakat, penyebaran virus dengue dapat meningkat secara drastis. Maraknya berita yang menyebar di media sosial mengenai merebaknya angka pasien DBD, malah membuat keresahan bagi sebagian masyarakat, sehingga perlunya penerapan konsep sosialisasi berupa edukasi ilmu epidemiologi dari para Kader kesehatan masyarakat mengenai tips cegah DBD, seperti pengurasan bak mandi, pembersihan lingkungan hidup dan penerapan pola hidup sehat.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam mengendalikan suatu gejala penyakit yang merebak di tengah kehidupan bermasyarakat maka benar-benar diperlukan adanya suatu musyawarah serta kerjasama untuk mendiskusikan peran masing-masing individu seperti pemerintah, tokoh masyarakat, warga, hingga para Kader kesehatan, sehingga tercapainya tatanan kehidupan yang bersih, sehat dan nyaman untuk kehidupan.
KATA KUNCI : DBD, Kader, Kewaspadaan
DAFTAR PUSTAKA
Â
Fadli, 2020. Demam berdarah. Jakarta : https://www.halodoc.com/kesehatan/demamberdarah?srsltid=AfmBOooh AQ541_VF1cxKO6KJzXdpjsnSCmqZFnrqt8ZD25JzQ7jdbyll
Rokom, 2024. Demam berdarah kembali merebak. Jakarta :
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20240605/0545670/ketikademam-berdarah-kembali-merebak/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H