Keluarga merupakan institusi sosial yang universal dan berperan penting dalam masyarakat. Interaksi awal dan terkuat individu biasanya terjadi dalam lingkup keluarga, terutama dengan orang tua yang menjadi model dalam proses sosialisasi ke lingkungan luar. Banyak sosiolog memiliki definisi yang berbeda-beda tentang keluarga, yang secara umum dianggap sebagai fondasi dan unit sosial utama yang membangun masyarakat yang sukses. George Peter Murdoch, seorang sosiolog Fungsionalis, mendefinisikan keluarga sebagai sebuah kelompok sosial yang hidup bersama, berkolaborasi dalam ekonomi, dan melakukan reproduksi, di mana kelompok ini dapat terdiri dari pasangan heteroseksual maupun homoseksual dan anak-anak mereka. Keluarga yang tidak utuh dan tidak harmonis, sering disebut sebagai keluarga broken home, menurut Willis (2015), bisa terjadi karena berbagai alasan seperti kematian salah satu orang tua, perceraian, atau kurangnya kasih sayang dan keharmonisan antar anggota keluarga. Ciri keluarga broken home mencakup respons yang marah terhadap anak, upaya mendidik melalui hukuman tanpa peringatan yang memadai, dan harapan akan perubahan perilaku anak.
Anak-anak yang berasal dari keluarga broken home seringkali menghadapi tantangan emosional yang signifikan. Menurut penelitian, anak-anak ini cenderung mengalami penurunan dalam prestasi akademik, peningkatan risiko mengembangkan masalah perilaku, dan kesulitan dalam membina hubungan interpersonal yang sehat. Anak-anak ini sering merasa terisolasi, kesepian, dan terkadang bersalah atas perceraian orang tua mereka. Selain itu, mereka mungkin merasakan tekanan untuk menjadi dewasa sebelum waktunya, terutama ketika harus berperan sebagai mediator atau penyokong emosional bagi orang tua yang tersisa.
Penelitian oleh Hetherington dan Kelly menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga yang retak sering mengalami perasaan keamanan yang berkurang dan ketidakstabilan emosional, yang dapat berdampak pada pembentukan identitas dan kepercayaan diri mereka. Anak-anak ini mungkin juga mengembangkan persepsi yang skeptis terhadap pernikahan dan hubungan jangka panjang, yang dipengaruhi oleh konflik dan ketidakharmonisan yang mereka saksikan di rumah.
Dari sisi orang tua, perceraian atau perpisahan sering kali diikuti dengan perasaan kehilangan, kegagalan, dan perubahan identitas pribadi. Orang tua mungkin mengalami stres yang signifikan karena kehilangan dukungan pasangan dalam mendidik dan mengasuh anak-anak. Banyak orang tua yang bercerai mengalami penurunan kesejahteraan emosional dan sering kali merasa kesepian dan terisolasi dari komunitas sosial mereka. Mereka juga mungkin menghadapi kesulitan finansial, yang menambah beban kehidupan sehari-hari mereka.
Selain itu, orang tua mungkin menghadapi tantangan dalam menjaga hubungan yang baik dengan anak-anak mereka, terutama jika perceraian melibatkan perselisihan hukum yang panjang atau konflik yang berkepanjangan. Menurut sebuah penelitian oleh Simons et al, orang tua yang bercerai sering kali mengalami kesulitan dalam menjalin komunikasi yang efektif dengan anak-anak mereka, yang dapat mempengaruhi kualitas dukungan emosional yang mereka berikan.
Keluarga merupakan institusi sosial utama yang memiliki peran sentral dalam membentuk individu dan memperkuat struktur masyarakat. Keluarga broken home, akibat perceraian atau perpisahan, membawa dampak yang signifikan bagi semua anggota keluarga. Anak-anak dari keluarga broken home sering menghadapi tantangan emosional yang serius, seperti penurunan prestasi akademik, risiko perilaku yang buruk, dan kesulitan dalam membina hubungan interpersonal yang sehat. Selain itu, mereka juga rentan mengalami ketidakstabilan emosional dan kesulitan dalam pembentukan identitas diri. Dari sudut pandang orang tua, perceraian atau perpisahan sering kali diikuti dengan perasaan kehilangan, stres emosional, kesulitan finansial, dan tantangan dalam menjaga hubungan yang baik dengan anak-anak mereka. Oleh karena itu, penting untuk memberikan dukungan yang memadai bagi keluarga yang mengalami perceraian atau perpisahan guna mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi. Masyarakat perlu memberikan perhatian khusus kepada anak-anak dan orang tua dari keluarga broken home, serta memastikan tersedianya sumber daya dan dukungan yang diperlukan bagi mereka untuk pulih dan beradaptasi dengan perubahan dalam kehidupan keluarga mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H