Mohon tunggu...
ahmad alfinfirdaus
ahmad alfinfirdaus Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - live learn lead

Sebaik-baik manusia ialah yang bisa bermanfaat untuk manusia lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebohongan Ibu

19 Agustus 2021   10:35 Diperbarui: 19 Agustus 2021   10:41 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

cerita ini bermula ketika aku masih seusia anak-anak. ketika makan ibu sering memberikan bagiannya untukku (memindahkan nasinya ke piringku), ibu berkata "makanlah nak, ibu tidak lapar"

ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu sering pergi ke kebun di sebelah rumah untuk mencari buah mangga kesukaanku. ketika siang hari, ibu mennyuguhkan mangga tersebut yang sudah di kupas dan di potong kecil-kecil. Ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging buah yang menempel pada pelok (biji) mangga tersebut, melihat hal itu hatiku tersentuh, lalu dengan ramah kuberikan mangga tersebut kepada ibu. Tetapi ibu menolaknya dan berkata "makan lah nak, ibu tidak suka makan mangga"

ketika aku sudah masuk sekolah menengah, demi membiayai dan menutup kebutuhan hidup, ibu menjadi penjahit di rumah. Pada saat tengah malam aku terbangun dari tidurku dan melihat ibu masih duduk menghadap ke mesin jahit. "Bu tidurlah, ini sudah malam, masih bisa dilanjutkan besok" kataku. ibu kemudian menjawab "tidurlah nak, ibu tidak lelah"

ketika aku sudah lulus dari sekolah menengah pertama dan kakakku sudah bekerja, ibu sudah tua harusnya harus banyak beristirahat di rumah dan menikmati masa tuanya. Kakakku yang berkerja sering memberikan uang kepada ibu untuk membantu memenuhi kebutuhan. Dengan segera ibu langsung menolak dan berkata "aku masih punya uang"

pesan yang dapat diambil dari cerita diatas : coba ingat, seberapa sering ibu mengalah demi kita? kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. apakah kita pernah merasa risau terhadap kabar orang tua kita? apakah orang tua kita sudah makan? apakah orang tua kita sudah bahagia?. Disaat kita masih memilki waktu untuk membalas budi kepada orang tua, lakukanlah dengan maksimal dan sebaik mingkin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun