Dunia sedang dihebohkan dengan adanya ancaman resesi pada tahun 2023. Hal ini tentunya tidak hanya mengancam masyarakat Indonesia, melainkan masyarakat dunia.Â
Resesi menjadi semacam mimpi buruk bagi seluruh masyarakat di dunia karena hal ini erat kaitannya dengan keuangan atau finansial yang cukup krusial bagi keberlangsungan hidup setiap manusia. Resesi adalah keadaan aktivitas ekonomi mengalami penurunan secara signifikan di suatu wilayah dengan ciri terkontraksinya PDB selama dua kuartal. Hal tersebut juga ditandai dengan meningkatnya jumlah penganguran.
Penyebab terjadinya resesi ekonomi pada 2023 yaitu bank sentral di seluruh dunia mengalami kenaikan suku bunga secara bersamaan sebagai bentuk respon karena adanya inflasi.Â
Meningkatnya suku bunga ini dilakukan supaya minat pinjaman atau keinginan belanja dari warga suatu negara menjadi berkurang. Negara-negara yang merupakan anggota G20 juga melakukan kenaikan suku bunga seperi Indonesia, India, dan Brazil.
 Selama tahun 2022, Bank of England sudah menaikkan suku bunga sejumlah 200 poin. Sedangkan The Fed sudah menaikkan suku bunga sejumlah 300. Bank Indonesia juga turut menaikkan suku bunga sejumlah 50 basis menjadi 5,25% sebagai bentuk respon inflasi pada bulan November 2022
 Dengan begitu, inflasi yang terjadi di beberapa negara akan semakin terkendali. Adapun penyebab lain dari resesi yang terjadi pada tahun 2023 ini disebabkan karena dampak Covid-19.Â
Aktivitas ekonomi global mengalami penurunan drastis karena setiap negara mengutamakan penanganan dari virus Covid-19. Maka dari itu, pertumbuhan ekonomi pun terganggu.. Selain itu banyak negara yang yang memproteksi hasil pangan mereka sebagai bentuk antisipasi dari pandemic Covid-19 yang panjang.
Selain itu karena inflasi konflik Rusia dengan Ukraina. Konflik ini telah menyebabkan hilangnya PDB Global sampai USD 2,8 triliun. Konflik Rusia dan Ukraina menyebabkan rantai pasok global terganggu sehingga  risis dalam sector pangan dan energi timbul.Â
Inflasi yang meningkat tersebut juga diikuti dengan kebijakan pengetatan moneter yang dilakukan oleh bank sentral di Eropa dan Amerika. Karena hal tersebut juga mengakibatkan adanya kebijakan juga dari bank sentral dari negara lain.
Adapun titik spesifik perekonomian mengalami resesi yakni :
- Adanya guncangan ekonomi yang membuat finanasial mengalami kerusakan. Contohnya ketika terjadi pandemi Covid-19. Virus tersebut menyebabkan melumpuhnya aktivitas ekonomi di berbagai negara karena berkurangnya aktivitas jual beli akibat kesulitas finansial. Guncangan ekonomi juga membuat tertumpuknya utang, Utang yang tidak sedikit tentunya membutuhkan biaya pelunasan yang banyak. Bahkan karena terlalu banyak, ada satu titik dimana tidak mampu melunasi
- Terjadinya inflasi, inflasi sendiri merupakan kenaikan harga barang dan jasa yang terus menerus serta dalam jangka waktu yang panjang. Inflasi yang berlebihan akan berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat. Dengan begitu, produksi barang dan jasa juga akan menurun sehingga memicu pada pengangguran dan kemiskinan, bahkan terjadinya resesi
- Melambungya suku bunga karena adanya inflasi. Tingginya suku bunga menjadi respon bank sentral terhadap meningginya angka inflasi. Hal tersebut dipicu dengan daya beli yang lemah sehingga dapat menjadi pemantik terjadinya resesi. Tingginya suku bunga berguna sebagai pelindung nilai mata uang. Kekurangannya hal ini merugikan debitur dan membuat kredit macet
- Terjadinya deflasi, deflasi sendiri merupakan menurunnya harga barang dan jasa. Meskipun terdengar menguntungkan, akan merugikan para pemasok barang dan jasa apabila berlebihan. Turunnya harga secara terus-menerus juga membuat konsumen menunda aktivitas belinya hingga nominal rendah.Â
- Apabil hal tersebut terjadi, kegiatan beli akan turun dan aktivitas produksi juga berkurang. Ketika suatu individu maupun pelaku usaha menghentikan aktivitas pengeluaran uang, maka ekonomi juga akan rusak
- Kemajuan teknologi, saat ini perkembangan teknologi tidak bisa dihindari. Berkembangnya teknologi dapat memicu terjadinya resesi. Hal tersebut karena adanya pembuatan Artificial Intelligenci (AL) dan robot yang dapat menggantikan posisi pekerjaan manusia. Jika hal tersebut terjadi maka akan terjadi pengangguran dan resesipun terjadi.
Menurut I Wayan Nuka Lantara sebagai Pengamat Perbankan, Keuangan, dan Investasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Ada sejumlah cara bagaimana kita menghadapi ancaman resesi 2023 khususnya untuk mengatur keuangan pribadi, salah satunya menyiapkan dana darurat. Hal tersebut juga harus diikuti dua hal lainnya yaitu :
- Mencari penghasilan tambahan. Hal tersebut bisa menjadi jalan alternatif, jadi kita memiliki uang selain dari gaji tetap. Penghasilan tambahan tersebut bisa dicari dengan menggunakan hobi kita seperti berbisnis, berjualan secara online dan melakukakn investasi. Menurutnya investasi menjadi langkah yang efektif untuk mengatasi dampak negatif dari adanya inflasi. Â Menurut Wayan, investasi yang aman adalah emas, depisito, dan surat berharga yang telah diterbitkan negara. Dia juga mengatakan agar mmemilih saham yang bergerak dibidang industry, kesehatan, energi, utilitas, dan kesehatan
- Mengidentifikasi pos-pos pengeluaran, Hal ini bertujuan untuk menunda membeli hal-hal yang tidak penting atau menunda pembelian tersebut. Bisa dilakukan dengan mengkategorikan kebutuhan primer dan sekunder.