Rabu, 5 Juli 2023, seiring semburat surya di ufuk timur, saya bergegas menuju Hotel Borobudur, Jakarta, untuk memenuhi undangan dari lembaga kemaritiman Indonesia Ocean Justice Initiative yang dikirimkan melalui email oleh harian KOMPAS, Jakarta.
Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) bekerja sama dengan Kemenko Polhukam RI menyelenggarakan Seminar dan Lokakarya Keamanan Laut dengan tema "Pembangunan Keamanan Laut untuk Mendukung Pencapaian Target RPJPN 2025 -- 2045" yang bertempat di Sumba Room, Lt. 2, Hotel Borobudur, Jakarta.
Seminar dan lokakarya ini menghadirkan narasumber Anggota Komisi I dan Badan Legislasi DPR RI Christina Aryani, S.H., M.H., Anggota Komisi I dan Co-chair Kaukus Kelautan DPR RI Bobby Adhityo Rizaldi, S.E., Ak., M.B.A., CFE, Asisten Operasi Kepala Staf TNI Angkatan Laut RI Laksamana Muda TNI Denih Hendrata, S.E., M.M., CHRMP --- hadir mewakili Kepala Staf TNI Angkatan Laut RI Laksamana TNI Muhammad Ali, S.E., M.M., M.TR. OPSLA., Peneliti Senior Rajaratnam School of International Studies Nanyang Technological University Singapore Swee Lean Collin Koh, PhD., Kepala Badan Keamanan Laut RI Laksamana Madya TNI Dr. Aan Kurnia, S.Sos., M.M., CEO Indonesia Ocean Justice Initiative Dr. Mas Achmad Santosa, S.H, L.LM., dan Deputi Bidang Politik Hukum dan Keamanan Bappenas RI Bogat Widyatmoko, S.E., M.A.
Di samping narasumber, turut hadir perwakilan negara sahabat yakni Duta Besar Norwegia untuk Republik Indonesia Rut Krger Giverin dan Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia Kanasugi Kenji, dengan moderasi oleh Program Director Indonesia Ocean Justice Initiative Grace Binowo, S.H. --- peraih gelar Runner Up III Puteri Indonesia 2010 Yayasan Puteri Indonesia, Jakarta.
Pada sesi keynote speech, Menteri Polhukam RI Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud Mahmodin, S.H., S.U., M.IP., mengawali dengan penyataan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-14 dari negara terluas dan negara kepulauan terbesar di dunia. Secara goegrafis posisi wilayah NKRI terletak di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia dan dua samudera, yakni Samudera Pacific dan Samudera Hindia. Maka dilihat dari luas wilayah perairan Indonesia, wilayah yurisdiksi Indonesia dan jumlah pulau yang dimiliki sebanyak 17.508 pulau, posisi secara geografis berdampak pada tingginya aktivitas kemaritiman dan kepentingan dengan segala permasalahannya, baik skala nasional maupun skala internasional.
Lebih lanjut terkait dengan tema seminar, Mahfud menegaskan, wilayah perairan dan letak geografis yang strategis dan kekayaan alam yang melimpah yang terkandung di laut juga mengandung potensi ancaman. Ancaman tersebut didominasi oleh ancaman nontradisional, seperti pelanggaran wilayah, penangkapan ikan secara ilegal, penyelundupan orang maupun barang, penyelundupan narkotika, dan pencemaran lingkungan.
Budaya Kontinen menuju Budaya Bahari
Secara filosofis-semantis, Mahfud mengajak pemerintah, pemangku kebijakan, dan seluruh rakyat Indonesia untuk mulai mengenal dan mengamalkan budaya bahari melalui sebuah perumpamaan yang sangat sederhana; ekosistem kelautan.
Ekosistem kelautan ini dapat dipahami melalui dua pendekatan. Pertama, pendekatan parsial, bahwa lautan senantiasa identik dengan gelombang dan badai. Namun, siapa pun yang sedang berlayar di atas kapal, nyaris tidak merasakan gelombang air yang deras yang berulang kali terus menghantam dinding-dinding kapal. Gelombang ini diibaratkan dengan riak ataupun perbedaan yang terjadi di dalam masyarakat. Perbedaan boleh dan memang seharusnya ada namun seyogianya tidak sampai mengguncangkan kerukunan dalam berbangsa dan bernegara. Â
Kedua, pendekatan komprehensif, bahwa lautan yang jika dilihat dari sisi kejauhan senantiasa terlihat landai dan luas membentang. Dan siapa pun yang sedang melihat dari kejauhan, adanya kapal-kapal yang berlayar di tengah lautan seolah mereka terlihat diam ataupun melaju tenang tanpa gangguan alih-alih ancaman.