Mohon tunggu...
Agus Sujarwo
Agus Sujarwo Mohon Tunggu... Guru - Founder Imani Foundation

Founder Imani Foundation

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Telisik Digital Creative Media Asia e University, Selangor, Malaysia

20 Juni 2022   13:30 Diperbarui: 20 Juni 2022   13:42 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya juga mempelajari model 3D dan elemen-elemen animasi seperti rigging. Rigging adalah proses pemberian kerangka atau tulang pada model. Tulang tersebut berfungsi sebagai penggerak bagi model sehingga memudahkan dalam proses animasi. Sedikit saja titik riggingnya salah, model bisa hancur berantakan.

Beberapa saran untuk para video content creator?

Untuk itu, saya belum bisa banyak share karena saya juga baru memulai. Namun, ada beberapa memang yang biasanya menjadi perhatian utama. Pertama, lighting. Pastikan pencahayaan terhadap objek cukup dan sesuai. Ini memudahkan kita saat proses editing. Jadi nggak ribet. Fokuskan pada objek baik benda, peristiwa, ataupun orang. Setelah itu fokus ke konten atau isi.

Seperti waktu itu saya pernah membuat konten video untuk salah satu kedai kopi yang memfokuskan pada objek manusia "anak metal" yang mengonsumsi satu minuman yang juga mencirikan karakter minuman yang "keras" khas anak metal. Seperti apa pun teknik pengambilan gambar, baik foto atau video, nomor satu tetap perhatikan kontennya. Pastikan pesan inti dapat tersampaikan ke audience. Bisa juga belajar dari berbagai teknik yang banyak tersedia di YouTube.

Apa saja yang dipelajari di digital creative media?     

Di Asia e University lebih ke hal-hal yang teoretikal-fundamental. Praktik cukup minim namun pengetahuan luas karena materinya benar-benar lengkap. Misalnya cara membuat objek organik seperti manusia yang memang tidak mengenal bentuk lancip. Semua teknik pembuatannya diajarkan. 

Nah, "kekurangan" dari sisi praktik ini kemudian dilengkapi di FT UI dan Mythologic Studio. Di kedua institusi dan korporasi ini semua practical oriented. Pernah juga bekerja sama dengan Balai Diklat Indonesia di Bali. Kita semua belajar di FT UI dengan para pengajar dari Mythologic Studio.

Pesan untuk para calon mahasiswa (desain)?

Niat. Apa pun studi yang kalian ingin tekuni maka nomor satu adalah niat. Saya pun dulu sama sekali tidak mengenal seluk-beluk desain karena memang cita-citanya lebih mengarah ke arsitektur. Jadi sempat juga merasa minder apakah nanti mampu atau tidak. Dan ternyata pas kuliah semua diajari dari level dasar. Ditambah, teman-teman di kampus saling support.

Khususnya di digital creative media Asia e University dari sisi biaya kuliah juga relatif sama dengan kampus swasta lainnya. Bedanya dengan kampus lokal, kita dapat benefit international bachelor. Pas nanti lulus pun tidak perlu khawatir, even hampir setiap lembaga, termasuk rumah sakit pun, semuanya butuh sisi desain. Apalagi sekarang era digital. Mulai dari yang kita pegang sampai yang kita lihat semuanya serba digital.

Presiden Joko Widodo saat meresmikan BLK Komunitas di Kendal Jawa Tengah, tiga tahun lalu menyampaikan, "Lebih dari ijazah, dunia saat ini membutuhkan skill." Kecakapan kita dalam menguasai salah satu skill ini, yaitu digital creative media akan membantu kita menjadi bagian dari generasi yang memberi kontribusi positif bagi bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun