Perjuangan Diaz dalam meraih studi arsitektur, justru mengantarkan sosok berkepribadian tenang ini dalam industri kreatif digital di Asia e University. Uniknya, saat kuliah, Diaz mendulang ilmu dari tiga medium sekaligus; CCT FT Universitas Indonesia, Depok, Mythologic Studio, BSD, dan Asia e University Selangor, Malaysia. Berikut kutipan obrolan dengan Wahyu Satria Diaz.
Ihwal bisa sampai ke Malaysia?
Saya memang punya keinginan untuk menekuni ilmu arsitektur. Waktu itu sederhana sih alasannya, kayaknya bisa bikin rumah (dengan desain) sendiri asyik. Jadi saya mulai mendaftar ke kampus-kampus bergengsi untuk fakultas arsitektur seperti Universitas Indonesia juga Institut Teknologi Bandung.
Di pertengahan jalan, saya mendapati program Center for Computing and Information Technology Fakultas Teknik Universitas Indonesia (CCIT-FT UI). Uniknya, pas bersamaan dengan saya lulus SMA di tahun 2020, yang saat itu pandemi juga lagi mewabah, FT UI ini juga memulai kerja sama dengan Asia e University, Selangor, Malaysia. Salah satu program studi yang ditawarkan adalah Digital Creative Media.
Program studi ini bertujuan mendidik para mahasiswa sebagai kreator konten media kreatif, animasi, game, juga multimedia dengan standard industri internasional. Mereka yang lulus dari program ini nantinya akan mendapat sertifikat profesional dari Universitas Indonesia yang bekerja sama dengan Mythologic Studio dan gelar kesarjanaan dari Universitas Asia e University, Kualalumpur, Malaysia.
Jadi, selama dua tiga tahun ini saya belajar di Indonesia, dan baru nanti mulai semester ketujuh saya berangkat ke Kualalumpur, Malaysia. Jadi bisa dibilang saya belajar ilmu digital creative media ini di tiga tempat; UI, Mythologic Studio, dan Asia e University.Â
Di UI dan Mythologic Studio, konten perkuliahannya lebih berfokus ke dunia industri sedangkan di Asia e University lebih cenderung ke teori. Bahkan ketika saya mengikuti ujian semester di UI, semuanya ujian praktik.
Bagaimana strategi beradaptasi dengan model double orientation program?
Sebenarnya secara model, sama-sama online learning. Bedanya, saya perlu lebih tekun belajar bahasa Inggris dan bahasa Melayu. Ini sangat berguna ketika saya mengakses student's website ataupun soal-soal ujian.
Secara karakter, digital creative media cakupan produknya sangat luas. Apalagi sekarang semua hal cenderung berbasis teknologi. Saya pernah membuat video konten wawancara, media promotion untuk kedai kopi tempat saya bekerja.Â