Ada saat ketika kita masih sendiri dan belum menikah, menikmati pintu rezeki yang dibukakan oleh Allah begitu lebar. Kita memiliki begitu banyak kesempatan untuk menggunakan nikmat rezeki tersebut bagi kehidupan kita. Menikmati liburan di akhir pekan dengan mengunjungi toko buku, berwisata kuliner, atau sekadar melihat produk-produk baru di mal tentu sangat menyenangkan. Bahkan jika mau, mendaki hingga ke puncak gunung pun dapat dilakukan tanpa harus terbebani perasaan harus segera pulang. Sampai kemudian berujung pada satu pertanyaan, “Sampai kapankah ini akan berakhir?”
Sebagian kita ada yang mampu memaksimalkan pendapatan tersebut menjadi sebuah keberkahan bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk orang-orang di sekitarnya. Untuk orang-orang yang dekat dan mereka sayangi. Menonton film bersama, mendatangi konser musik bersama keluarga, membantu cicilan rumah, pergi ke Tanah Suci bersama orang tua, atau membiayai pendidikan kerabat. Namun sebagian lagi ada yang sekadar menggunakan rezeki tersebut hanya untuk keperluan diri sendiri seperti makan, liburan, atau belanja.
Menikah kemudian memberi lebih dari sekadar pertumbuhan, melainkan juga keajaiban. Ada hal-hal yang kemudian bertumbuh dalam kehidupan kita seperti kesabaran, kelembutan, ketelitian, kesadaran diri. Kita memiliki kesempatan untuk mengenal pasangan secara lebih dekat, fisik maupun mental. Dari perasaan cinta yang terus ditumbuhkan terhadap pasangan inilah yang kemudian melahirkan keajaiban. Dalam kondisi yang terbatas pun, kadang kita merasa ada kekuatan besar yang mendorong kita untuk melakukan lebih, melampaui batas kemampuan yang selama ini terbiasa kita lakukan.
Ten for Treatment® adalah sebuah gerakan sedekah untuk umat. Menyisihkan sepuluh persen dari setiap rezeki yang kita dapatkan untuk kita berikan kepada orang lain yang membutuhkan. Andaikan kita adalah seorang karyawan dan baru saja menerima gaji bulanan, maka rencanakan untuk menyisihkan di awal sebesar sepuluh persen dari total penghasilan untuk disedekahkan. Dan andaikan di hari berikutnya ternyata kita mendapat penghasilan tambahan di luar gaji seperti bonus, insentif, atau honor, maka alangkah baiknya pula jika kita sisihkan sepuluh persennya untuk kembali disedekahkan.
Secara teknis, kita dapat pergi ke layanan ATM terdekat lalu menggunakan kartu debit yang kita miliki lalu mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening lembaga amal. Bisa pula dengan memanfaatkan fitur e-banking dari ponsel pintar yang kita miliki. Atau jika sempat, ambil sejumlah uang yang diperlukan dan berikan langsung kepada mereka yang membutuhkan. Atau dengan cara yang lebih mudah, kita dapat menemui personel divisi keuangan perusahaan supaya memotong gaji kita untuk ditransfer ke nomor rekening tertentu.
Kabar baiknya adalah, angka sepuluh persen ini bersifat fleksibel. Jika kita merasa perlu untuk memberi lebih, maka kita dapat menambahnya sesuai dengan kadar kemampuan kita. Silakan untuk menggantinya menjadi lima belas atau barangkali menjadi dua puluh persen. Namun satu hal yang perlu dipertimbangkan, mampukah untuk tetap konsisten atau bertahan di angka yang sama saat akan menginfakkannya?
Saya berusaha secara rutin mengirimkan uang untuk ibu saya yang tinggal di desa. Usai mengirim saya senantiasa berpesan agar Ibu menggunakan uang tersebut untuk keperluan yang utama. Saya juga membiasakan untuk menyedekahkan sepuluh persen dari penghasilan ke sebuah masjid raya di kawasan Bintaro Jaya. Ada tiga jenis kotak infak yang disediakan di lantai mezzanine menuju ruang utama masjid. Pertama, kotak untuk pembangunan masjid. Kedua, kotak untuk anak yatim. Ketiga, kotak untuk pendidikan. Saat saya pulang dari mengajar di bimbingan belajar dan bermaksud untuk menunaikan salat magrib di masjid tersebut, saya membiasakan untuk mengisi salah satu dari tiga kotak tersebut.
Yakinlah, selalu ada banyak jalan untuk memberi. Setiap kali kita bertemu atau berpapasan dengan orang lain, selalu ada peluang untuk berbuat sesuatu dan memberi lebih. Saat kita meniatkan, pintu-pintu kesempatan terbuka lebar. Baik dengan memberi secara langsung ataupun melalui tangan orang lain. Perhatikan beberapa situasi berikut.
Membelikan pulsa telefon untuk kerabat, memasukkan ke amplop cokelat untuk dana penyembuhan kanker payudara, memesankan beberapa bungkus nasi berikut lauknya untuk anak-anak jalanan di pinggiran ibu kota, mengirimkan paket pakaian layak pakai untuk sebuah panti yatim dan duafa, atau memberikan dana bantuan untuk perbaikan jalan di area pemukiman.
Jika Anda adalah seorang pemilik usaha, itu juga dapat berarti kesempatan Anda untuk dapat berbuat lebih. Anda dapat menciptakan sebuah budaya perusahaan. Anda bergerak tidak untuk diri Anda sendiri. Anda mengajak diri Anda dan karyawan Anda untuk melakukannya bersama-sama.
Katakanlah seperti ini, “Pelanggan yang terhormat, di sini untuk setiap transaksi yang Anda lakukan, kami akan mengembalikan sepuluh persen dari total pembayaran yang Anda bayarkan. Dan kami sangat berbangga sekiranya Anda berkenan untuk berbagi melalui sepuluh persen tersebut disedekahkan untuk mereka yang membutuhkan. Silakan masukkan ke kotak merah di samping kasir. Terima kasih. Semoga Tuhan memberkati Anda dan orang-orang yang Anda cintai.” Gagasan bagus bukan?