Mohon tunggu...
Agus Sujarwo
Agus Sujarwo Mohon Tunggu... Guru - Founder Imani Foundation

Founder Imani Foundation

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mimpi Mulia Malala

22 Februari 2022   14:09 Diperbarui: 22 Februari 2022   14:21 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kedua, ambil napas untuk beberapa saat, tahan lebih lama, dan kemudian embuskan. Hal paling utama yang perlu Anda pahami di tahapan yang kedua ini adalah kesadaran untuk menyatukan antara raga dan pikiran.

Lihat seolah napas itu ibarat tetes-tetes air yang Anda serap ke dalam tubuh Anda. Simpan untuk beberapa saat di dalam tubuh Anda. Lalu lepaskan seakan air itu memancar keluar dari dalam diri Anda kembali menuju ke semesta. Fokuskan pikiran saat Anda mengambil, menyimpan, dan mengembuskan kembali napas Anda. Lakukan sekali lagi tiga tahapan ini; mengambil, menyimpan, mengembuskan.    

Ketiga, cobalah untuk berdialog lebih dalam dengan jiwa Anda. Temukan jawaban atas pertanyaan adakah maksud tersembunyi yang sesungguhnya ingin disampaikan oleh sang Pencipta melalui peristiwa yang Anda alami? Adakah satu tindakan kebaikan yang sesungguhnya sang Pencipta ingin untuk Anda lakukan melalui peristiwa yang Anda hadapi? Keempat, mulai bertindak dan bersikap berdasarkan jawaban yang Anda temukan. Entah Anda mengalami sebuah peristiwa yang baik ataupun yang buruk, sang Pencipta selalu selipkan pesan kebaikan dan tugas Anda adalah membuka pesan kebaikan itu, membacanya, dan melakukannya.

Masa perawatan yang harus dijalani oleh seorang Malala ibarat fase ruang hampa. Ruang bagi Malala untuk sejenak mengerti, mengambil napas, menemukan pesan, dan mengambil satu tindakan kebaikan yang kemudian tidak saja berdampak bagi kehidupan diri Malala tetapi bahkan juga untuk orang-orang di sekitarnya, khususnya kaum perempuan di Pakistan. Malala sadar penuh akan rasa sakit yang dialaminya. Namun Malala juga paham benar bahwa ia selalu memiliki dua pilihan; untuk membalaskan rasa sakit atau sebaliknya memaafkan secara tulus. Dan Malala memilih yang kedua.

I don’t want to be thought of as the ‘girl who was shot by the Taliban’ but the ‘girl who fought for education.’ This is the cause to which I want to devote my life.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun