Mohon tunggu...
Agus Sujarwo
Agus Sujarwo Mohon Tunggu... Guru - Founder Imani Foundation

Founder Imani Foundation

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mimpi Mulia Malala

22 Februari 2022   14:09 Diperbarui: 22 Februari 2022   14:21 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika tiba-tiba Anda mendapatkan sebuah minuman bernutrisi berbentuk kaleng, maka ada dua cara untuk menikmatinya. Pertama, Anda langsung membuka kemasannya kemudian langsung meminumnya. Dan kedua, Anda mengocok kemasannya terlebih dahulu kemudian langsung meminumnya. 

Baik dengan cara yang pertama atau yang kedua, yakinlah bahwa Anda akan tetap mendapati rasa yang sama. Yang membedakan adalah jika Anda melakukan dengan cara yang kedua, yakni Anda mengocok kemasan dan langsung membukanya, besar kemungkinan isi dalam kaleng tersebut akan bertumpah ruah ke mana-mana.

Sahabat, cairan dalam kaleng ini ibarat jiwa kita. Dan pengait di bagian atas kaleng ini laksana mulut kita. Dalam keadaan jiwa yang tenang, maka kata-kata yang akan keluar dari lisan kita juga akan menyuarakan keteduhan dan kedamaian. Sebaliknya jika jiwa dalam keadaan gundah gelisah apalagi diselimuti amarah, maka kata-kata yang akan kita ucapkan juga akan menyiratkan kedengkian, kesombongan, dan kedustaan.

Andaikan sekarang mari mengocok kemasannya, letakkan kembali di atas permukaan meja, beri waktu selama beberapa detik sebelum Anda membukanya. Anda akan dapati air dalam kaleng itu tidak akan meruah ke mana-mana. Perhatikan, hanya dengan menahan beberapa detik, Anda bisa berpeluang menciptakan kedamaian dalam diri hati Anda. Lantas apa yang akan terjadi jika kemudian kita mampu menahannya melebihi dari beberapa detik?

Sahabat, mari simak kisah seorang Malala Yousafzai yang selama satu pekan menjalani masa-masa pemulihan di rumah sakit, tidak sekadar telah menyembuhkan luka fisik yang dialaminya tetapi juga semakin mengguratkan aura kemuliaan dalam dirinya.

Malala Yousafzai, adalah aktivis Pakistan yang lantang menyuarakan kebenaran, khususnya kesetaraan pendidikan bagi kaum perempuan. Para kaum perempuan di tempat kelahirannya, banyak yang terampas hak pendidikannya karena sepak terjang para kaum Taliban. Di bawah rezim Taliban, kaum perempuan di Afghanistan dilarang keluar rumah tanpa disertai muhrimnya dan juga mereka harus mengenakan burqa yang menutup wajah hingga ujung kaki.

Hingga kemudian siang itu, 9 Oktober 2012, saat Malala dan teman-temannya dalam perjalanan pulang mengendarai bus, seorang pria bertopeng dan bersenjata menaiki bus dan mencari seseorang bernama Malala. Setelah menemukan sosok yang diincarnya, pria itu langsung menembakkan tiga peluru ke arah Malala hingga menembus lehernya. Akibat penembakan itu, Malala harus dilarikan ke rumah sakit di Peshawar.

“Aku terbangun pada 16 Oktober, seminggu setelah penembakan. Aku berada ribuan kilometer jauhnya dari rumah dengan sebuah selang di leher agar bisa membantuku bernapas. Aku berada dalam kondisi kritis dan dirawat intensif setelah menjalani CT-scan lagi. Aku masih bolak-balik antara tidur dan tidak sadarkan diri hingga akhirnya benar-benar terbangun. Dan hal pertama yang aku pikirkan ketika tersadar adalah syukurlah aku tidak mati,” tulis Malala dalam buku biografinya, I Am Malala (2017).

Kendali Pikiran

Mari latih pikiran kita. Siapkan fisik kita. Bahwa satu reaksi kecil yang kita lakukan ketika sesuatu terjadi menimpan kita, berpeluang mengantarkan jiwa senantiasa terjaga dan terus menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Pertama, saat sebuah peristiwa menimpa diri kita. Menggembirakan ataupun menyengsarakan. Sadari penuh bahwa apa pun yang menimpa diri kita adalah kehendak sang Mahakuasa. Tidak ada satu energi pun yang mampu menerbitkan maupun menenggelamkan, memuliakan ataupun menyesatkan kecuali Zat yang Mahakuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun