[caption id="" align="alignleft" width="335" caption="sumber photo : http://4.bp.blogspot.com/_wJtcSbFa-Ds/TGOnc-k7EwI/AAAAAAAAAMM/rfehQDoGQrM/s400/david-and-goliath1.jpg"][/caption]
“Dan untuk para Raksasa – ditulis dengan huruf besar - yang telah ditahan sekarang, silahkan bernyanyi sepuasnya, agar rakyat mengetahui dari nada dasar apa dibawakan”
Sedap, sebanyak 25 orang tokoh kunci kasus suap BI kini sudah mendekam di hotel prodeo. Mereka di bawa ke KPK (jum’at/28 january 2011) untuk diperiksa lebih lanjut. Dan tak tanggung-tanggung, statusnya langsung menjadi tersangka. Walaupun sebenarnya perjalanan pengadilan masih sangatlah lama. Tapi cukuplah tuk membuat para raksasa mulai bergeliat blingsatan. Dan siap melakukan serangan balasan.
Seperti seorang kawan yang menuliskan di kolom tanggapan terhadap tulisan saya sebelumnya, -nie teroris muncul lagi kira-kira berikutnya apalagi ya??- Begitulah. Setelah Century, lalu Gayus dan kini penangkapan oleh KPK terhadap 25 tokoh – seterusnya akan disebut raksasa-. Belum selesai century raksasa lain mengalihkan ke gayus, Gayus di vonis tapi kawan sepermainannya (tentunya yang terlibat dalam kasus mafia hukum dan penggelapan uang pajak) belum tersentuh juga walaupun sudah ada interuksi jelas dari orang nomor satu di Indonesia. Hampir tak dipercaya jejak kasus mulai dikaburkan dengan penangkapan para raksasa tersebut.
Tentunya KPK bukan main-main melakukan hal ini. Sebab yang akan diperiksa adalah tokoh-tokoh yang sempat –bahkan sekarang- berada ditempat-tempat strategis di legislatif maupun yudikatif pemerintah Indonesia. Ini semakin memperlhatkan bahwa kesungguh-sungguhan para penegak hukum dalam pemberantasan korupsi. Hanya saja masih terkesan tebang pilih. Tapi cukuplah ini membuktikan bahwa indonesia sedang berjuang melawan korupsi.
Uniknya, kasus ini adalah seperti batang terendam (dilupakan untuk sekian lama lalu diangkat kembali) yang –seperti- disengaja untuk diangkat lagi. Ada apa dibalik semua itu? Seperti ada andil kekuasaan didalamnya. Tapi baiklah kita mengutip sedikit dari yang ditulis plato (ketika Thrasymachus berkata pada socrates) “Dengarkanlah, Apa yang saya katakan “keadilan” atau “kebenaran” tidaklah berarti sama sekali selain dari kepentingan pihak yang kuat”. Thrasymachus seperti dapat meramalkan bahwa dia tidak memberikan persetujuan yang sepenuhnya bagi para penguasa yang mengetahui bagaimana memperoleh kekuasaan dan bagaimana memeliharanya.
Pertarungan para raksasa telah dimulai. Senjata-senjata beserta amunisi (bukan untuk perang fisik) telah disiapkan, strategy hit and run mulai diberlakukan (dengan melihat situasi para tokoh yang talk show ditelevisi belakangan ini). Jadi teringat apa yang pernah dituliskan oleh Anthony Harold Birch “representation” (newyork, 1992), kira-kira dibilang begini “Kita hidup dalam alam demokrasi (USA), tetapi mereka hidup dibawah pemerintahan Diktator. Negara ini diperintah oleh rakyat, tetapi negara itu diperintah oleh sekelompok elit yang mempunyai hak istimewa.
Menjadi kebiasan di negeri ini (indonesia) elit manapunyang berkuasa tentunya akan melakukan hal yang sama. Pertarungan tentu akan dilanjutkan sampai ke anak cucu, kalo boleh saya katakan disini seperti dendam politik. Bagaimana tidak, permainan suap menyuap, penggelapan anggaran negara (yang berulang kali sudah ditelap – seperti kasus Edy tansil dan banyak lagi). Maka raksasa suci yang berkuasa atas nama rakyat, akan membiarkan pintu-pintu kecurangan terbuka bebas.
KPK sebagai lembaga pemerintah harus independent. Jangan biarkan interpensi mengalir dari kepentingan elit yang akan mengobok-obok otonasinya. Dan untuk para Raksasa – ditulis dengan huruf besar - yang telah ditahan sekarang, silahkan bernyanyi sepuasnya, agar rakyat mengetahui dari nada dasar apa dibawakan. (aLLey)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H