[caption id="attachment_159243" align="alignleft" width="275" caption="lambang PDI-P, diambil dari http://www.rripontianak.com/wp-content/uploads/2009/04/pdip.jpg"][/caption]
“tak ada sekat antara kita”
Anak-anak jalanan yang tergabung dalam komunitas musik sampah yang sering disebut the baMBoes, berpartisipasi mengikuti peringatan hari kelahiran pancasila yang diperingati pada selasa/1 Juni 2010. Kegiatan ini diprakarsai oleh DPD PDI-P wilayah SUMUT dan pusat kegiatan dilakukan disekretariat DPD PDI-P Wilayah SUMUT.
Peringatan hari kelahiran Pancasila tersebut dihadiri oleh Panda Nababan, calon walikota dan wakil walikota Medan, calon walikota dan wakil walikota Binjai serta fungsionaris DPD PDI-P Wilayah SUMUT. Ceremonial dilakukan pengibaran sang saka Merah Putih diiringi lagu Indonesia Raya dan lagu menghehingkan cipta untuk mengenang dan mendo’akan arwah dan jasa-jasa para pahlawan nusantara.
the baMBoes sendiri dipercayakan untuk mengisi pembukaan acara hiburan dengan karya-karya kritik sosialnya. Tetapi hiburan ini lain dari pada yang lain. Biasanya semua audiens dihibur dengan music dan lagu yang bisa membuat tubuh bergoyang maka kali ini, DPD PDI-P Wilayah Medan ingin musik menjadi sebuah media untuk refleksi bersama. Agar PDI-P tetap menjaga nasionalisme yang selalu di usung dan menjadi cita-cita mulia dari bung Karno.
the baMboes membawakan lagu-lagu kritik social untuk memetakan persoalan-persoalan sosial yang terjadi di Sumatera Utara khususnya kota Medan. Selain itu beberapa fungsionaris membacakan puisi-puisi perjuangan miliknya Chairil Anwar, Wiji Tukul, W.S. Rendra.
Zulkarnain bendahara PAC- Ranting Kp. Baru mengatakan bahwa “kehadiran the baMBoes disini adalah untuk membuktikan bahwa PDI-P masih miliknya wong cilik. Tak ada sekat antara kita disini. Kami tidak memandang mereka sebagai anak jalanan yang hina tetapi anak jalanan yang memiliki bakat dan keterampilan. Sebagai warga kota Medan dan fungsionaris bangga memiliki kawan-kawan muda seperti the baMBoes yang terus berjuang lewat music dan kritik sosialnya.”
Rahmadani salah seorang personil the baMBoes yang biasa sering dipanggil lepes mengatakan bahwa kehadiran the baMBoes bukan karena untuk memberikan dukungan terhadap salah satu calon walikota yang diusung PDI-P, melainkan untuk mencari makan.
“kami disini bisa ngamen dan dapat penghasilan lumayan dari pada ngamen dijalan. Hasilnya bisa buat makan” Ujarnya.
Peringatan kelahiran Pancasila tersebut berlangsung sampai pukul 17.00 WIB yang dimulai dari pukul 07.00 WIB. Selain melakukan acara yang sifatnya seremonial, DPD PDI-P wilayah SUMUT juga melakukan pembagian sembago dibeberapa titik daerah miskin di kota medan seperti di Belawan, Brayan, Sei-Mati dan Titi Kuning.
Bang bedegoele (namanya disamarkan) salah seorang partisipan PDI-P [kebetulan tidak datang dan mengetahui tentang kegiatan tersebut – dikonfirmasi oleh penulis setelah kegiatan peringatan hari kelahiran Pancasila] mengatakan bahwa semoga apa yang dilakukan oleh PDI-P sekarang ini tidak hanya sebatas menarik simpati masyarakat agar memilih pasangan yang dijagokannya sebagai kepala daerah di Medan ini. Jika ini dilakukan atas dasar program dari partai yang terencana (diluar program pilkada) maka tak perlu diragukan lagi, bahwa PDI-P memang partai yang perduli pada rakyat Indonesia. Sebab program partai yang tersystematis memang perlu dilakukan agar kerja-kerja partai jelas terlihat. Selama ini partai-partai hanya terlihat kinerjanya pada saat bencana (baik dibuat alam maupun manusia) terjadi, dan event bergengsi seperti Pilkada dan Pilpres.
“Tak ada sekat antara kita” semoga saja bukan jargon-jargon kosong. (alley)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H