[caption caption="Abraham Lunggana alias Lulung usai diperiksa penyidik Direktorat Tindak Pidana Korupsi Badan Reserse Kriminal Polri di Mabes Polri, Jakarta, Senin (15/6/2015). Pemeriksaan ini terkait kasus dugaan korupsi pengadaan printer dan scanner untuk 25 SMAN/SMKN di Jakarta Barat | kompas.com"][/caption]Abraham Lunggana atau yang lebih dikenal dengan Haji Lulung, mengatakan sudah menetapkan motto jika kelak terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Â Haji Lulung mengatakan bahwa motonya adalah :Â Tegas Memimpin Jakarta, Bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Â Tegas diartikan sebagai mampu mengendalikan emosi dihadapan publik, sementara korupsi, kolusi, dan nepotisme dimaknai sebagai sebuah keharusan sikap yang bisa dipegang teguh seorang pejabat.
Secara resmi politikus dari Partai Persatuan Pembangunan tersebut mengakui bahwa belum ada keputusan dari DPP partai, karena dalam tubuh PPP sendiri masih ada silang sengkarut yang harus segera diselesaikan. Â Namun demikian Lulung menegaskan bahwa dirinya siap jika pencalonan dirinya direstui oleh partai.
Pelaksanaan pemilihan kepada Daerah DKI Jakarta baru dilaksanakan pada tahun 2017 nanti, namun seperti layaknya seperti laron mengerubuti lampu, sudah mulai terjadi kasak kusuk pemilihan balon gubernur. Â Sebut saja beberapa nama seperti Adhyaksa Dault, Sandiaga Uno, bahkan PAN sendiri sudah menyebut akan mencalonkan Anang Hermansyah dan Desi Ratnasari.
Jika benar Haji Lulung terpilih sebagai calon gubernur dari PPP, menarik untuk mencermati motto yang dipakai. Â Karena semua sudah pada mahfum, menjelang pemilihan kepala daerah pada calon sibuk memoles diri agar merasa layak jual walaupun tidak terlalu laris. Begitu juga yang terjadi pada diri Haji Lulung.
Menghilangkan korupsi, kolusi dan nepotsme hampir bisa dikatakan sangat sulit untuk tidak menyebutnya mustahil. Â Sikap permisif dalam masyarakat, apalagi jika sudah merada termakan budi, semakin menyuburkan praktek-praktek tidak terpuji tersebut. Haji Lulung bukan tidak menyadari kondisi ini, tapi yang namanya jualan tentunya ditampilkan yang baik dan terdengar cukup menjanjikan.
Reputasi Haji Lulung dikalangan tertentu di Jakarta tidaklah bisa diremehkan walaupun penulis meyakini tidak akan cukup mampu mengantarkan Lulung menduduki kursi DKI-1. Â Dengan tidak bermaksud menganggap remeh Haji Lulung, saya meyakini bahwa penduduk Jakarta sudah cukup pintar untuk menentukan pilihan terbaik sebagai pemimpin mereka.
Cara untuk menarik pemilih tidak lagi cukup hanya bermodalkan kharisma dan dana, tetapi harus disertai dengan program yang baik dan prestasi kerja yang mumpuni. Â Jika tidak ditunjang kedua hal tersebut, maka mencalonkan diri sebagai gubernur DKI adalah sebuah kesia-siaan. Â Tantangan pertama Haji lulung adalah meyakinkan PPP untuk mencalonkan dirinya, kemudian barulah Haji Lulung memasuki medang perang yang sebenarnya di tahun 2017.
Akankah Haji Lulung berhasil meyakinkan penduduk Jakarta untuk memilih dirinya sebagai pemimpin tertinggi DKI Jakarta? Jika berhasil menduduki kursi DKI-1, akankan moto yang didengungkan dapat berjalan sesuai dengan janji? Akankah korupsi sirna dari DKI Jakarta? dan ada ratusan pertanyaan yang harus dijawab para gubernur terpilih nantinya.  Dan bisakah Haji Lulung? hanya waktu yang dapat menjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H