[caption id="attachment_408842" align="aligncenter" width="302" caption="Nenek Rosniah | Detik.com"][/caption]
Di Perumahan Margahayu Jaya, RT 02/18, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Rabu, seorang nenek berusia 90 tahun bertahan hidup hanya dengan makan nasi aking. Miris, menyedihkan dan berbagai perasaan berkecamuk melihat kondisi Rosniah, dalam usianya yang renta, tinggal seorang diri di kontrakan berukuran 3 x 3 meter. Dengan profesi sebagai tukang urut, tarif seikhlasnya, bahkan hanya dibayar Rp. 10.000,-- sang nenek tak menolak. Walaupun dalam kondisi seperti itu, tak pernah terdengar keluhan dari nenek Rosniah, detik.com mengabarkan hari ini.
Nenek Rosniah sebenarnya memiliki 6 orang anak, tetepi semuanya sudah berkeluarga dan tinggal di Jawa Tengah. Tapi beliau tetap mememang prinsip tidak mau merepotkan anak-anaknya. Bahkan pernah anaknya datang sampai nangis-nangis mengajak pulang, tetapi nenek Rosniah enggan ikut dan lebih memilih tinggal sendiri.
Ditengah hiruk pikuk modernisasi kota Bekasi, masih kita temukan orang-orang yang hidup seadanya bahkan jauh dari kata layak. Bahkan mereka bertahan melakukan pekerjaan apa saja yang penting halal dan mampu menghidupi diri sendiri. Terlepas dari keengganan beliau hidup bersama anak-anaknya (bagi sebagian orang dengan entengnya memberikan stempel anak tak tahu diri), tidak adakah kepedulian pemerintah (Kementrian Sosial), khususnya pemerintah daerah Bekasi terhadap orang-orang tua (jompo) seperti nenek Rosniah?.
Kementrian Sosial semestinya memprioritaskan hal-hal yang “terlupakan” seperti kasus nenek Rosniah dan nenek-nenek Rosniah yang lain tidak dibiarkan terlantar dan terlunda dalam menjalani usiaa tuanya, walaunpun dalam kasus nenek Rosniah, semuanya berawal dari pilihan nenek Rosniah sendiri. Pemerintah daerah Bekasi pun, tak seharusnya tinggal diam, betapa menyedihkan, ditengah arus metropolis dan gemerlap kota Bekasi, permasalahan seperti ini dapat ditangani dengan segera dan komperehensif.
Disatu isi ada masyarakat yang hidupnya dalam kekurangan, sementara di sisi lain ada oknum pejabat hidup serba berkecukupan bahkan dengan tega menggarong uang Negara hanya demi memuaskan syahwat keduniawiannya.
Kemana perginya para Wakil Rakyat? Tak bisakah sedikit menunjukan rasa empati ketika ada kasus seperti ini? Takut dinilai pencitraan? Seharusnya tidak, sebagai wakil rakyat sudah selaya dan sepantasnya berbuat untuk orang-orang seperti nenek Rosniah. Tidak perlu takut dengan cap pencitraan jika bantuan yang diberikan dengan rasa tolong menolong dan ikhlas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H