Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cerita Butiran Emas Diantara Deretan Pohon Emas Hijau

25 Juni 2015   08:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:13 1851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emas, apapun bentuknya selalu menarik dan menggoda terutama mereka yang selama ini sudah dikenal sebagai pemburu emas, entah itu para penambang tradisional, penambang tanpa ijin, para penampung bahkan sampai para penyepuh dan pedagang emas. Emas bagaikan gadis perawan cantik yang tak pernah lepas dari rebutan dan perseteruan.

Pencarian emas bukan hanya dilakukan dengan cara menembus dan membuat terowong pada perbukitan, mengeruk dan mengeruhkan arus sungai, tetapi juga sampai pada belantara hijau seperti yang saya temui beberapa waktu yang lalu. Penambangan emas mereka lakukan ditengah-tengah hijaunya belantara kalimantan. Diantara tunggul-tunggul meranti yang sebelumnya telah mereka jadikan ladang maupun diantara tunggul-tunggul meranti yang sengaja mereka tebang untuk lahan penambangan emas.

Alat penambangan emas yang digunakan, mereka dapatkan dengan sangat mudah pada toko-toko dikota kecamatan ataupun kabupaten terdekat | dok. Pribadi.

Jangan pertanyakan apakah pekerjaan mereka merusak atau tidak, karena rasa lapar tak mungkin mereka tahan selamanya. Sementara hasil yang didapat belum tentu cukup untuk mereka makan dan menyekolahkan anak-anak mereka seperti keluarga lainnya. Dari hasil pantuan dilapangan ditemukan kenyataan bahwa, penghasilan mereka tidak pasti, ada kalanya banyak, adakalanya hanya cukup makan bahkan tidak jarang yang dialami justru kerugian.

Hal ini dikarenakan survey pencarian butiran emas yang mereka lakukan sangat sederhana, cukup ambil ambil tanah seukuran mata cangkul, kemudian didulang, jika ada butiran emas berkisar 10-40 butir, lokasi tersebut mereka nyatakan layak untuk di tambang atau mereka hanya melihat rekan-rekan mereka yang ada disekitar lokasi, jika ada penambang lain yang berhasil, maka survey tidak dilakukan cukup berpatokan pada hasil teman penambang lainnya yang berjarak tidak terlalu jauh dari lokasi yang mau dikerjakan. 

Dibutuhkankan modal yang tidak sedikit, tapi bisa mereka dapatkan (beli) dengan cara mencicil pada penjual yang ada di kota kecamatan/kabupaten terdekat | dok. Pribadi

Ada sedikit upaya yang mereka lakukan agar lahan tersebut menjadi sedikit bernilai ekonomis, caranya yaitu dengan di ladangi terlebih dahulu, setelah padi di tuai, barulah lahan dikerjakan untuk penambangan emas. Hal ini cukup memberikan keuntungan terutama suplai sayuran, karena dari lokasi ladang tersebut biasanya masih menghasilkan sayur seperti Terong Asam, Kacang Panjang, Pare, Kates dan jenis sayur lainnya, sementara untuk suplay daging mereka mendapatkannya dengan memasang jerat atau berburu menggunakan senapan lantak (dum-duman) pada malam hari.

Mereka biasanya seminggu sekali keluar dari medan pencarian untuk menjual hasil tambang dan membeli kebutuhan sehari-hari, sparepart mesin dan bahan bakar mesin untuk semiggu berikutnya, jika mereka gagal mendapatkan hasil, utangan dengan toko terlebih dahulu, kelak jika mereka mendapatkan hasil pada periode berikutnya utang tersebut dilunasi atau dicicil. Kondisi mereka sebenarnya tidak layak, tidur hanya menggunakan tenda plastik, sengatan dinginnya cuaca pada malam hari (mungkin inilah salah satu pemicu mereka selalu mengkonsumi miras pada malam hari), dan kondisi lingkungan yang kurang baik.

Beginilah kondisi mereka ketika sedang bekerja, pada bagian kaki selalu terendam dalam lumpur berair semantara pada bagian atas terpanggang matahari | Dok. Pribadi

Tetapi, mereka tetap harus menjalaninya, tak perduli tidak tak sehat, tak hirau jika merusak lingkungan bahkan tak ambil pusing jika mereka sebenarnya dapat berurusan dengan hukum, mengapa? karena tuntutan ekonomi dan sangat terbatasnya lapangan pekerjaan. Mencari butiran emas kuning diantara berdiri kokohnya emas hijau menjadi pilihan yang cukup menarik walaupun dalam banyak kejadian tidak cukup menjanjikan kemakmuran malah terkadang mendatangkan kematian.

Hidup memang terkadang terasa pedih, berat dan menyakitkan, apalagi dalam kondisi seperti ini janji para petinggi hanya tinggal janji, sementara para pecinta lingkungan tahunya hanya mencerca, menyalahkan dan menghakimi tanpa pernah memberikan solusi, jangankan solusi, datang melihat dari dekat dan merasakan susahnya mereka mencari sesuap nasipun sudah alergi. Itulah sebabnya mengapa mereka seperti tutup mata, tutup telinga tak perduli, karena anak dan istri tak mungkin mereka biarkan menjerit lapar karena perut tak berisi, sebagaimana layaknya anak yang bermimpi, merekapun ingin suatu saat nanti sang anak buah hati tercinta bersama ini, menjadi pejabat negeri, agar mereka, para orang tua tak lagi dianggap perusak dan penjarah dinegeri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun