Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tips Unik Menghadapi Pembully di Tempat Kerja

6 Oktober 2015   21:06 Diperbarui: 7 Oktober 2015   08:43 1689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi | dari beberapa sumber - redesign alldie"][/caption]Dalam dunia kerja, tidak selalu kita mampu menyenangkan semua pihak.  Selalu ada pihak-pihak tertentu yang tidak senang dengan senda gurau, kritikan, bahkan keberhasilan kita dalam bekerja.  Pihak yang tidak senang itu akhirnya menjadi orang yang memposisikan diri sebagai oposan bahkan cenderung menjadi haters kelas berat.  Dikondisi seperti ini, apapun yang kita buat selalu salah dimata mereka dan kita akhirnya dibully.

Menghadapi orang-orang yang suka membully ada banyak cara, entah itu dengan cara kasar bahkan sampai pada perlawanan fisik atau secara santun dengan mengemukakan berbagai argumentasi yang masuk akal, tapi pada umumnya mereka tidak perduli dan repotnya, mereka umumnya berkelompok sehingga kita yang dibully sendirian akhirnya kalah.

Pengalaman mengajarkan saya, bahwa sebenarnya cara paling mudah dan sederhana menghadapi orang-orang seperti ini adalah bersikap cuek bebek dan masa bodoh.  Namun, untuk dapat menerapkan tips ini, dibutuhkan kesabaran yang tinggi dan kadar emosi yang mendekati titik terendah, karena para pembully akan menghalalkan segala cara, bahkan tidak sungkan menyerang kondisi fisik seseorang.  Tips ini tidak disarankan jika anda jenis manusia yang gampang naik darah.  Berikut ini dua kondisi paling memilukan dan menggelikan yang pernah saya alami, dan cara sederhana menghadapainya.

  • Dikatai dengan sebutan penghuni kebun binatang dan hewan peliharaan (Mo**et, An**ng, Ku**uk).

Sekali waktu saya pernah dimaki dengan sebutan An**ng, bisa kebayang betapa hinanya? awalnya saya sangat emosi, tapi setelah berkali-kali dimaki dengan kata sama, saya memilih diam dan tidak menanggapi. Dalam benak saya, jika saya menanggapi, berari memang benar saya An**ng, karena hanya An**ng yang bisa bicara dengan An**ng. Saya anggap yang bersangkutan tidak sedang bicara dengan saya, karena saya bukan An**ng.

Karena dia rekan kerja, pada suatu saat dia meminta bantuan atau berpura-pura baik, saya tetap diam dan pura-pura tidak tahu. Bahkan ketika dia bicarapun saya menulikan terlinga. Nggak malu minta bantuan sama An**ng?, mungkin akhirnya dia menyadari telah berlaku tidak sopan dan meminta maaf atas perbuatannya. Saya memaafkan? tunggu...saja beranjak dari kursi, sambil menatap matanya saya bilang, saya akan memaafkan jika dia mau melolong seperti an**ng ketakutan.

  • Dikatai Bego, Bodoh, Goblok

Apa reaksi saya dikatakan bego, bodoh dan goblok? marah? tidak, saya tidak marah, karena jika saya marah, secara tidak langsung saya sudah mengakui bahwa benar saya bego, bodoh dan goblok.

Pernah terjadi, saat saya sedang memperbaiki komputer, karena selama satu hari saya tidak berhasil memecahkan masalahnya, padahal saya sangat yakin, bahwa kesalahan bukan pada hardware tapi pada system windows. Oleh seseorang (seorang programmer) saya dikata-katai dengan bahasa yang menurut saya cukup merendahkan (cuma lulusan SLTA, nggak pernah kuliah jurusan komputer, mana ngerti betulin komputer). Saya marah? nggak, saya cuma senyum pahit dan mengiyakan bahwa cuma lulusan SLTA dan tidak pernah kuliah jurusan komputer.

Sekali waktu, komputer yang menjadi tanggung jawab si pembulli bermasalah, awalnya dia gengsi minta bantuan saya, tapi karena teman yang lainnya enggan membantu, dia akhirnya meminta bantuan saya untuk membetulkan. Apa yang saya lakukan, hehehe...nggak banyak kok, saya cuma menghapus semua file dengan ekstensi *.dll, dan saya perlama untuk membetulkannya (saya memanfaatkan live cd blankon untuk menjalankan komputer).

Setelah bergaya seakan-akan sudah beres, komputer saya restart, live cd blankon saya lepas. Erorr? pasti, dia memandang saya dengan tatapan nanar karena kerusakan system makin parah karena gagal menjalan OS Windows. Dengan enteng saya bilang, salah sendiri minta bantuan orang bego, sambil pergi...

Dari dua contoh diatas, pada intinya para pembully hanya memancing emosi dengan sengaja menjelek-jelekan dan mencari-cari kelemahan mangsanya. Jika terpancing emosi, berikutnya bisa dipastikan jadi sasaran empuk para pembulli, jika sudah seperti ini, kemenangan milik para pembulli, karena tujuan mereka sudah tercapai. Karena para pembully sejatinya kelompok orang-orang penngecut dan loser.

Tips ini hanya berlaku efektif diterapkan didunia nyata bukan dunia maya dan sesungguhnya cara-cara seperti ini tidak disarankan, karena bisa saja permalahannya selesai dan pembully menghentikan perbuatannya, tetapi bisa juga yang terjadi justru sebaliknya. Saya sendiri melakukannya karena sudah tidak tahan dengan perlakuan yang sudah melampaui batas. Kadang hadir penyesalan dalam hati tapi disaat lain saya justru tersenyum bagaikan wong gendheng ingat kejadian yang memilukan dan menggelikan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun