[caption caption="Konferensi Pers Kementerian Agama Seusai Menggelar Sidang Itsbat | tribunnews.com"][/caption]
Konferensi Pers Kementerian Agama Seusai Menggelar Sidang Itsbat | tribunnews.com
Penentuan jatuhnya 1 Syawal 1436H dengan diadakannya sidang Itsbat sebenarnya bukan berita luar biasa, tetapi menjadi luar biasa karena didramatisir oleh media sedemikian rupa, seakan-akan jika terjadi pergeseran (Jumlah hari bulan Ramadhan bertambah), maka akan menimbulkan permasalahan, mulai dari perbedaan dengan sebuah organisasi Islam yang telah menetapkan satu syawal terlebih dahulu sampai pada basinya makanan yang disiapkan oleh para ibu rumah tangga untuk menyambut 1 Syawal.
Sebuah stasiun televise nasional sudah mulai bersiap-siap menyiarkan sidang Itsbat oleh Kementrian Keagaaman hampir dua jam sebelum sidang dimulai. Sejak awal acara, yang dibicarakan adalah kemungkinan terjadinya penundaan jatuhnya 1 syawal bahkan dikaitkan dengan beberapa sidang penetapan 1 syawal tahun-tahun sebelumnya. Dilayar tertulis dengan huruf yang cukup mencolok “1 Syawal Jum’at atau Sabtu”, “Mungkinkah 1 syawal jatuh pada hari Sabtu” dan beberapa tagline mencolok lainnya serta lebih condong pada kemungkinan terjadi penundaan.
Bagi saya pemberitaan seperti ini cenderung membuat kegelisahaan, contoh paling nyata ributnya istri jika benar terjadi penundaan dan terlihat jelas kegelisahan diwajahnya. Contoh ini tentu saja tidak memenuhi kriteria validasi untuk menjeneral semua ibu rumah tangga, tapi bagi saya terasa cukup mengganggu, lagian saya juga yang salah mengapa tidak pindah ke lain stasiun televisi saja.
Kenyataan ini, membuat saya sangat menyetujui isi sambutan Bpk. Din Syamsudin yang hadir dalam jumpa pers saat pengumuman hasil sidang Itsbat, bahwa diperlukan sebuah kalender Islam yang mampu menjembatani umat Islam secara global sehingga ditahun-tahun yang akan datang tidak lagi terjadi keriuhan hanya sekadar menetapkan jatuhnya 1 Syawal.
Walaupun Indonesia penduduknya mayoritas Islam, tidak berarti sebuah stasiun televise merasa perlu untuk memberitakan hasil sidang tersebut secara berlebihan, pemberitaan yang dibuat secara proporsional lebih mengena dan manusiawi dibandingkan dengan memaksa pemirsa duduk berjam-jam didepan televise untuk mengetahui jatuhnya 1 syawal yang pengumumannya tidak lebih dari lima belas menit.
Hey…kan bisa ganti channel jika tidak suka!
Ya sudah kalau harus seperti itu, yang menjadi masalah buat saya bukan ganti channel atau ganti televise baru, tetapi tanggung jawab moral stasiun televisi agar tidak mempermainkan emosi penontonnya secara berlebihan, apalagi ini menyangkut kegiatan ibadah seseorang, tidak pada tempatnya membuat siaran langsung sidang Itsbat seperti sinetron yang tak tentu arah makna dan tujuannya. Salam, Selamat Idul Fitri 1436 H/17 Juli 2015, mohon maaf lahir dan bathin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H