Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Administrasi - Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puasa, Antara Larangan Berjualan dan Ibadah.

19 Juni 2015   03:10 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:42 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tahun menjelang puasa ramadhan selalu muncul wacana agar membatasi pembukaan warung-warung makan disiang hari bahwa ada yang ekstrim meminta agar warung makan benar-benar tutup disiang hari sebagai bentuk penghormatan kepada yang berpuasa.  Sebuah kenyataaan aneh, puasa kok minta dihormati, bukankan salah satu esensi puasa itu membentuk orang-orang menjadi manusia-manusia yang tahan segala macam godaan?

Baru hari ini kita melaksanakan ibadah puasa ramadhan dan saat-saat berbukan puasa seperti saat ini sungguh terasa nikmat dan ada sedikit "keserakahan", seakan-akan semua yang dihidangkan terasa hendak kita habiskan.  Dan coba kita berpaling sejenak kepagi hari saat dimulainya berpuasa, apakah kita sempat memikirkan ada warung yang dibuka dibulan puasa? apakah kita sempat berfikir akan bertemu dengan teman-teman yang tidak berpuasa dan terasa seperti menggoda kita atau kita yang tergoda?

Saya fikir tidak banyak diantara kita yang sibuk memikirkan apakah warung makan perlu ditutup pada siang hari atau setidak-tidaknya dipasangi tabir pada siang hari.  Saya lebih cenderung membiarkan warung-warung tersebut buka disiang hari, sebaiknya bukan kita sebagai orang islam yang meminta mereka menghormati kita yang berpuasa tetapi coba kita balik, sebagai orang yang berpuasa kita tetap membiarkan mereka berusaha seperti hari-hari biasa dan kita menghindari warung-warung yang tetap beroperasi disiang hari.

Saya melihat, disaat seperti ini peluang kita mendapatkan amal ibadah akan semakin besar, disatu sisi dengan segala keiklasan kita biarkan mereka berusaha dan disisi lain kita menempa  diri menghadapi segala macam cobaan makanan disiang hari.   Dua sisi mata uang itu sama-sama mendapatkan hasil, mereka berjualan tanpa perlu merasa khawatir dipersalahkan, kita yang berpuasa mendapatkan ganjaran karena toleran terhadap saudara-saudara kita yang berdagang disiang hari.

Melarang mereka berjualan disiang hari bukanlah solusi yang baik, tapi secara tidak sadar justru menimbulkan masalah lain.  Bagi yang berpuasa mungkin saja godaan akan semakin kecil, tetapi mereka yang tidak membuka warung, dari mana mereka mendapatkan penghasilan jika warungnya ditutup?  Seharusnya, hal-hal kecil semacam ini tidak lagi perlu dipermasalahkan dalam lingkungan yang manjemuk, seharusnya kita sebagai umat muslim mayoritas justru memberikan perlindungan kepada mereka yang minoritas bukannya justru meminta pengertian kepada mereka ketika kita menjalankan ibadah.  Agak terasa janggal, kelompok mayoritas justru meminta pengertian kepada minoritas, yang beribadah justru meminta pengertian kepada yang tidak beribadah.  Jika seperti ini betapa manjanya ibadah yang kita lakukan.

Menurut saya pribadi, mereka yang berjualan makanan sebagai sumber pendapatan utama, agak sulit untuk tidak berjualan disiang hari dibulan puasa, karena jika hanya diharuskan menjaring konsumen pada malam hari atau setelah berbukan puasa bisa jadi pendapatan mereka menjadi tidak cukup atau tidak memadai untuk menopang ekonomi keluarga, bayangkan saja berjualan sehari semalam saja kadang mereka masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan keluarga apalagi jika harus dibatasi hanya setelah berbuka puasa.  Bagi saya hal seperti ini justru menimbulkan kesan menjolimi.  Lagipula kita tidak mungkin menutup mata, yang berjualan dibulan ramadhan bukan hanya dari saudara-saudara kita yang nonmuslim, tetapi banyak juga dari mereka yang muslim. Bagaimana kita harus membantu mereka jika berjualan dibulan puasa saja sudah kita batasi?.

Pembatasan berjualan dibulan puasa tanpa memberikan solusi sama saja dengan mendiskriminasi, padahal kita ingin melihat saudara-saudara kita hidup diatas garis kemiskinan.  Dengan cara berjualan makanan yang halal dan menyasar kepada konsumen yang kebetulan tidak menjalankan ibadah puasa merupakan salah satu peluang bagi mereka untuk mendapatkan tambahan pendapatan.  Saya berpandangan, cara terbaik yang bisa kita permbuat bagi mereka adalah dengan mendukung mereka tetap berjualan dan melakukan pengaturan yang baik, misalnya dilokalisasi pada sebuah tempat, sebagai mana pengaturan pasar juadah disore hari.

Pemberian ijin berjualan selain memberikan rasa aman kepada mereka, yang tidak kalah pentingnya adalah pada akhirnya mereka bisa memenuhi kebutuhan keluarga selama puasa sampai pada lebaran nanti, karena tidak tahu tidak semua mereka yang berjualan adalah orang-orang yang ekonominya berkecukupan.  Bentuk bantuan sosial kita sebagai umat muslim yang berpuasa, kepada mereka yang kurang mampu, salah satunya dukungan kepada mereka untuk tetap menjalankan roda perekonomian dengan cara tetap berjualan dibulan puasa. Saya kita bukan hal yang sulit jika hanya sekadar menghidar dari warung makan disaat bulan puasa, apalagi niat puasa sudah kita lakukan jauh sebelum azan subuh dikumandangkan.  Pada akhirnya semua mendapatkan berkah, yang berpuasa berkahnya bertambah, yang berjualan rejekinya tak terpotong karena larangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun