Mohon tunggu...
Allan Maullana
Allan Maullana Mohon Tunggu... Teknisi -

Bukan siapa-siapa. Bukan apa-apa. Hanya remah-remah peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dia adalah Meita Ku

16 Agustus 2017   00:17 Diperbarui: 16 Agustus 2017   00:49 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac


Saya merasa tidak berlebihan jika menyebut perempuan manis ini adalah perempuan sederhana yang saya kenal. Mulai dari cita-citanya, impiannya, kehidupannya sampai pola pikirnya berdiri diatas pondasi kesederhanaan.

Cita-citanya sederhana, ia tidak pernah menginginkan jabatan tinggi, menjadi pegawai sipil negara, apa lagi menjadi pegawai dinas kesehatan. Tetapi cita-citanya ingin menjadi penjual cokelat dengan top carier sebagai penjual cokelat yang mampu produksi cokelatnya sendiri.

Impiannya pun sederhana, Tidak pernah bermimpi mobil mewah, apa lagi rumah mewah yang berada di komplek elit, melainkan sebuah rumah sederhana  dengan kebun sayuran di halaman belakang rumahnya.

Ia tidak pernah menginginkan pakaian branded, perhiasan berkilau yang ada di mall-mal perkotaan guna menaikan tingkat kecantikan penampilan dirinya. Tetapi ia selalu menginginkan  buku-buku yang ia jumpai ketika sedang berjalan ke suatu tujuan. Ia percaya buku-buku yg dipilih, buku-buku yang disukai mampu menaikan tingkat kecantikan otak kanan-kirinya.

Wajahnya nampak sederhana, tanpa make up tebal, tanpa alis yang ditebang dan tanpa bulu mata yang di reboisasi. Yang ketika datang hujan akan membuatnya longsor.

Saya paham betul apa yang wanita manis ini suka dan apa yang tidak disuka. Wanita sederhana ini kalo diajak ke Mall, dia merasa bingung. Mau cari apa, mau beli apa. Liat alat make up ga tertarik, liat pakaian modis ga tertatik. Mau nonton film di bioskop, nonton berduan kaya tuan dan nyonya di gedongan pun masih belum bisa menarik hatinya juga. Ingin mengajak dia senang-senang alih-alih terasa gagal.

Kemudian saya mengajaknya keluar dari salah satu mall yang ada di kota Kembang itu. Mengajaknya ke sebuah sudut kota yang bernama Kebon Kelapa. Teriknya matahari, aroma tak sedap emisi kendaraan nampak sirna ketika si wanita manis ini sibuk memilih buku yang akan membuatnya tersenyum bahagia.

Akhir kata, kesederhanaan-kesederhanaan sederhana inilah yang membuat saya jatuh cinta padanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun