Mohon tunggu...
Allan Piere Manoe
Allan Piere Manoe Mohon Tunggu... Lainnya - NIM (31170158)

Mahasiswa semester VI Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kota Kupang sebagai Kota Kasih Bukan Kota Penyakit DBD

27 April 2020   21:45 Diperbarui: 27 April 2020   21:55 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Demam berdarah sudah menjadi salah satu penyakit yang secara terus-menerus terjadi di daerah NTT, khususnya kota Kupang. Penyakit ini sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup lama terjadi di daerah kota Kupang, sehingga perlu dilakukannya pengendalian pada vektor (nyamuk aedes aegypti). Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan yang paling sering ditularkan dari gigitan nyamuk aedes aegypti. Nyamuk biasanya hidup ditempat yang lembab, dan kotor. Nyamuk aedes yang biasa membawa virus dengue ini adalah nyamuk aedes betina pada saat nyamuk betina ini menghisap darah dari seseorang yang sedang mengalami demam akut (viraemia). Munculnya penyakit demam berdarah juga karena disebabkan oleh menurunnya sistem kekebalan tubuh dan banyaknya populasi nyamuk penular karena terdapat banyak tempat perindukan nyamuk sendiri.

Keadaan topografi di wilayah kota Kupang, pada umumnya relative datar dengan tingkat kemiringan lahan sangat bervariasi antara 0,15% dan berada pada ketinggian 0 - 300 meter diatas permukaan laut. Dari keadaan tersebut, terlihat bahwa kota Kupang termasuk dalam salah satu wilayah dengan dataran rendah sehingga termasuk dalam wilayah dengan penyebaran penyakit DBD sangat potensial. Dalam ketinggian, topografi suatau wilayah mulai dari ketinggian 0 sampai 1.000 meter di atas permukaan laut merupakan batas penyebaran nyamuk Aedes aegypti. Di dataran rendah (kurang dari 500 meter) tingkat populasi nyamuk dari sedang hingga tinggi, sementara di daerah pegunungan (lebih dari 500 meter) populasinya rendah. Topografi adalah salah satu faktor ketinggian dan luas suatu wilayah terhadap permukaan laut yang dapat mempengaruhi populasi nyamuk aedes aegypti di suatu wilayah.

Di wilayah kota Kupang terdapat 6 wilayah kecamatan dan 51 kelurahan yang merupakan salah satu daerah paling endemik DBD di wilayah NTT. Di kota Kupang memang sudah menjadi masalah besar soal penyakit Demam Berdarah ini, karena kurangnya kesadaran menjaga kebersihan lingkungan di area perumahan dan juga kota Kupang memang memiliki dataran rendah. Sehingga nyamuk mudah hidup di area tersebut dan menyebarkan panyakit demam berdarah ini. Kasus demam berdarah yang tinggi selama beberapa tahun terakhir hingga tahun 2020 di wilayah kecamatan Kota Kupang, merupakan bukti bahwa masih terdapat banyak nyamuk Aedes aegypti sebagai penular penyakit DBD. Hal ini tentu harus dilakukan pengendalian vektor nyamuk agar dapat mengurangi angka penyakit demam berdarah.

Menurut kepala dinkes (dinas kesehatan kota kupang) mengatakan bahwa jumlah kasus DBD di wilayah Kota Kupang yang terjadi selama awal tahun 2020 ini sebanyak 281 kasus, dengan 4 kematian. sebanyak 36% penderita berusia 5-9 tahun, 29% berusia lebih dari 15 tahun, 25% berusia 1-4 tahun, 7% berusia 10-14 tahun, dan 3% berusia kurang dari 1 tahun. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan bagi masyarakat yang ada, mengingat penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian. Aktivitas menggigit dan menghisap darah biasanya di mulai pada pagi sampai petang hari, dengan dua puncak aktivitas antara pukul 09.00 -- 10.00 dan 16.00 -- 17.00. Sehingga kemungkinan siswa SD mendapat penularan DBD sangat besar, karena pada salah satu puncak aktivitas Aedes menghisap darah yaitu jam 09.00 -- 10.00, siswa masih mengikuti pelajaran di sekolah yang dapat mengakibatkan korban semakin bertambah. Dari aktivitas nyamuk tersebut, terdapat gejala-gejala demam berdarah, Gejala ini umumnya timbul 4-7 hari sejak gigitan nyamuk, dan dapat berlangsung selama 10 hari. Beberapa gejala demam berdarah, yaitu Demam tinggi mencapai 40 derajat Celsius, Nyeri kepala berat, Nyeri pada sendi, otot, dan tulang, Nyeri pada bagian belakang mata, Nafsu makan menurun, Mual dan muntah, Pembengkakan kelenjar getah bening, Ruam kemerahan sekitar 2-5 hari setelah demam, Kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening, Perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit.

Menyikapi hal tersebut mengenai demam berdarah yang sudah sering terjadi, berdasarkan hasil rapat koordinasi pada tanggal 7 februari 2020, pemerintah kota Kupang melalui Dinas Kesehatan Kota Kupang mengeluarkan Instruksi Walikota Kupang nomor179/Dinkes.440.870/II/2020. Menurut isi instruksi tersebut, pemerintah kota Kupang mengharapkan agar masyarakat dapat terbebas dari penyakit demam berdarah dengue, semua komponen masyarakat harus serentak melakukan pembersihan sarang nyamuk demam berdarah dengue sesegera mungkin untuk menumpas semua telur dan jentik-jentik nyamuk. Pemerintah Kota Kupang melalui Dinas Kesehatan Kota Kupang juga gencar melaksanakan pengasapan atau fogging terutama di wilayah Kelurahan yang diketahui terdapat kasus pasien tertular penyakit demam berdarah. Meskipun begitu, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa dan bersifat sementara serta kurang efektif karena telur dan jentik yang ada pada tempat-tempat yang berpotensi dapat menampung air hujan tidak terbunuh karena fogging dan dalam kurun waktu lebih kurang satu minggu akan menjadi nyamuk Aedes Aegypti yang siap menularkan virus dengue. Sebelumnya, Walikota Kupang memerintahkan agar jajaran Pemerintah Kota Kupang segera melakukan penanganan agar kasus demam berdarah dengue yang sudah terjadi tidak bertambah dan meluas. seluruh jajaran Dinkes terutama di puskesmas dan pustu diharapkan agar dapat memberi perhatian penuh dalam penanganan pasien DBD serta mencegah pasien bertambah. Camat dan Lurah harus terus saling berkoordinasi, bekerjasama dengan seluruh komponen di Kelurahan untuk melakukan pencegahan salah satunya kerja bhakti bersama membersihkan lingkungan dari sarang nyamuk. Masyarakat juga dihimbau untuk selalu berwaspada terhadap penyakit demam berdarah. Kepala dinas kesehatan kota Kupang juga sudah menghimbau agar barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan diharapkan tidak ada disekitar rumah karena dapat berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk dan menghasilkan jentik-jentik yang dapat berubah menjadi nyamuk aedes aegypti dewasa.  Masyarakat juga dihimbau untuk tidak menunda-nunda jika terdapat anggota keluarga yang mengalami demam agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan atau Puskesmas/Putu terdekat sehingga tidak terlambat mendapat penanganan yang tepat. 

mari kita bersama-sama mengikuti arahan dari pemerintah kota Kupang untuk mengurangi angka penyakit DBD ini dengan memulai dari hal-hal yang kecil yaitu selalu membersihkan lingkungan disekitar kita (membuang barang bekas yang dapat menampung air hujan) agar nyamuk tidak dapat bersarang di sekitar tempat tinggal kita. mari katong lakukan ini dalam kehidupan sehari-hari supaya katong pung kota kupang terbebas dari penyakit demam berdarah. Salam Flobamorata.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun