Di suatu liburan semester, kalo gak salah semester 5, gue baca suatu artikel di situs Oatmeal, judulnya “Why Nikola Tesla Was the Biggest Geek Who Ever Lived”. Artikel ini (http://theoatmeal.com/comics/tesla) begitu menyanjung Nikola Tesla, seorang ilmuwan Serbia-Amerika yang tidak mendapatkan kredit tinggi atas beberapa pencapaian ilmiah yang ia capai dan artikel ini terus-menerus mendiskreditkan Thomas Alva Edison sebagai ilmuwan yang mencuri kejayaan yang harusnya diterima Tesla dalam bidang listrik. [caption id="attachment_299024" align="alignnone" width="480" caption="sumber gambar: thinkgeek.com"][/caption] Tesla adalah pegawai Edison, saat Edison baru merintis bisnis perusahaan listriknya. Tak seperti pegawainya yang lain, Tesla memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Jika Edison mematenkan arus listrik searahnya/direct current (DC), Tesla dengan bangga memperkenalkan arus listrik bolak-balik/alternative current (AC). Merasa terancam, Edison menganggap arus temuan Tesla terlalu berbahaya untuk diaplikasikan, hasilnya Tesla mengundurkan diri dan mulai membangun kepercayaan publik akan temuan arus AC-nya. Entah ini benar-benar terjadi atau tidak, menurut Oatmeal, Edison melakukan pertunjukan yang bertujuan menggiring atensi publik supaya percaya arus AC terlalu berbahaya untuk dipakai. Hasilnya sampai saat ini kita lebih mengenal Edison sebagai bapak listrik dibanding Tesla, yang nyatanya arus AC-nya dipakai di nyaris semua peralatan listrik yang bisa kita temui di rumah kita sekarang. Apa efek dari artikel itu setelah gue membacanya? Gue jadi mendewakan Tesla sebagai ilmuwan yang sejajar dengan Einstein atau Newton dan memandang sebelah mata Edison. Bayangkan betapa berbahayanya suatu tulisan bisa mengubah opini seseorang. Belakangan gue nonton History Channel, salah satu episode “The Men Who Built America”, kebetulan yang dibahas adalah rivalitas Edison dan Tesla, dan benar bahwa Edison melaksanakan percobaan kontroversial dengan menyetrum seekor gajah dengan arus AC Tesla dalam kampanyenya menakuti publik. Yang terjadi akhirnya adalah, Tesla tetap memenangi “Perang Arus Listrik”, Tesla bersama George Westinghouse sebagai penyandang dana, memenangi bidding untuk membuat pembangkit listrik di air terjun Niagara dan arus AC akhirnya diadaptasi General Electrics. Edison walaupun kalah, tetap lebih dikenal dibanding Tesla, kenapa? Gue juga gak tau. Tapi sejarah gak selalu berpihak kepada yang terhebat, bukan? Oatmeal secara ofensif menyerang integritas Edison sebagai bapak penemu bohlam, yang kita kenang selama ini adalah, bagaimana Edison melakukan eksperimen penemuan filamen bohlam ratusan ribu kali, tapi Oatmeal dengan sangat berani menyatakan yang melakukan eksperimen adalah 22 pegawai Edison, sedangkan Edison tugasnya hanyalah memperkenalkan dan memasarkan bohlam. Kasarnya, Edison bukanlah penemu bohlam, tapi penjual bohlam. Harusnya gue dulu tak harus langsung percaya, karena Oatmeal tidak mencantumkan sumber yang bisa dipercaya, tapi bayangkan ini, andaikan si penulis adalah fans Nikola Tesla, yang mencoba untuk menjatuhkan reputasi Edison, gue sebagai pembaca awam langsung percaya mentah-mentah dengan kebusukan yang dilakukan Edison berdasarkan yang dituliskan artikel tadi hanya karna tampaknya Tesla terlihat seperti korban. Berapa ribu pembaca yang fantasi akan Edison-nya langsung rusak setelah membaca artikel ini. Betapa kuatnya suatu tulisan sehingga mampu menghancurkan pencapaian seumur hidup seseorang. Ini mungkin bukan jamannya lagi seseorang menyampaikan pengaruhnya dengan otot, sebuah tulisan telah menjadi lebih sempurna mengubah pemahaman dunia. Andai kita tak membuka pikiran kita lebih lebar lagi, kita akan mudah terpengaruh. Dan Brown, pengarang novel kontroversial Da Vinci Code, secara berkala menyampaikan isu-isu konspirasi dalam berbagai karyanya, gue telah membaca 3 novel Brown dan menganggapnya tak lebih dari sekadar hiburan. Kalaulah gue orangnya mudah dipengaruhi, mungkin gue udah percaya Obama adalah anggota perkumpulan Mason, atau Illuminati sedang bergerak menyampaikan pengaruhnya secara sembunyi-sembunyi di seluruh dunia. Kita telah menyaksikan bagaimana sebuah artikel mampu membunuh karakter Edison di benak gue dulu, tapi sekarang gue sudah sadar sepenuhnya, siapa sih gue untuk menilai rendah seorang Edison. Akhirnya, Edison mungkin tak sejahat setan, atau Tesla mungkin tak sehebat dewa, atau mungkin keduanya sedang bermain PES di surga sana, lalu sejenak memandang kita di Bumi yang sedang mendebatkan mereka berdua yang mungkin sudah bersahabat disana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H