Mohon tunggu...
Alexander Kusuma Praja
Alexander Kusuma Praja Mohon Tunggu... -

Baru saja menginjak usia 30 tahun.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mengenal Subkultur Hipster Bagian 1

16 Oktober 2016   10:28 Diperbarui: 16 Oktober 2016   11:06 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image result for hipster fashion

So, what is a hipster anyway?

“Hipsters are a subculture of men and women typically in their 20’s and 30’s that value independent thinking, counter-culture, progressive politics, an appreciation of art and indie-rock, creativity, intelligence, and witty banter.” ~ Urban Dictionary


Jadi, apa sih sebetulnya kata “hipster” yang sering kamu dengar dan baca sekarang ini? Well, kalau kamu pikir hipster yang akan dibahas di sini adalah model celana panjang dengan potongan ngepas di bawah pinggul yang sempat ngetren di kalangan cewek-cewek Indonesia, maka kamu salah besar karena saya enggak bakal ngomongin soal celana model hipster tersebut. Kata “hipster” yang dimaksud di sini mengacu ke sebuah fenomena subkultur anak muda paling signifikan di kota-kota urban seluruh dunia sepanjang dekade 2000 lalu sampai hari ini. Sebagai gambaran awal, pengertian hipster menurut situs Urban Dictionary di atas adalah persepsi tentang hipster yang paling gampang dicerna.

Yup, secara umum istilah hipster yang berasal dari Amerika Serikat memang merujuk pada sosok pria maupun wanita berumur belasan sampai tiga puluhan yang mengagungkan hal-hal independen (indie), kreatif, berwawasan luas dan progresif, menolak hal-hal yang dianggap umum dan populer (mainstream), serta menunjukkan sisi individualisme mereka lewat pemikiran maupun penampilan yang terkadang dianggap eksentrik bagi orang awam. 

Di negara asalnya, mereka biasanya berasal dari kalangan kelas menengah di kota-kota urban yang kental lingkungan kreatif dan kultur anak mudanya seperti New York, San Francisco, dan Chicago. Walaupun berasal dari Amerika Serikat, tentunya sekarang kita enggak usah jauh-jauh ke kawasan Brooklyn atau Wicker Park untuk mengenal kaum hipster. 

Berkat kemajuan internet dan arus informasi yang semakin hari semakin cepat, tren dari luar negeri dengan gampang bisa masuk dan diserap dengan cepat juga oleh anak-anak muda lokal yang melek teknologi dan tanggap pada perkembangan zaman.

Istilah hipster sendiri sudah mulai terdengar di Indonesia sejak pertengahan tahun 2000-an dan semakin banyak peminatnya 3 dan 4 tahun lalu di kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Yogya. Sekarang, kemanapun kita pergi ke tempat atau acara yang didominasi anak muda, dengan gampang kita akan menemukan orang-orang yang secara penampilan bisa masuk kategori hipster. Dalam konteks lokal, khususnya di Jakarta, hipster adalah orang-orang yang bisa dijumpai di setiap konser musik garapan Ismaya Live, semua cabang toko buku Aksara, di concept store seperti The Goods Dept, acara budaya di Goethe dan Salihara, atau kafe-kafe berinterior trendi minimalis di daerah Senopati, Kemang, dan Panglima Polim.

You’ll know a hipster dari gaya mereka yang stylish, terlihat cerdas, mempunyai aura kekerenan, dan sering menyelipkan kosa kata Inggris atau kalimat berbau sarkastik dalam obrolan. Kalau masih ragu, coba lihat ciri-ciri lain yang lebih visual seperti celana digulung, kacamata berbingkai klasik, tote bag, iPhone, atau jam tangan Daniel Wellington mereka.

Enggak bisa dipungkiri, ketika istilah hipster semakin populer dan dikenal oleh banyak orang, mau enggak mau semakin banyak juga anak-anak muda yang ingin dianggap bagian dari that cool people with great sense of style and fantastic tastes tersebut. Kesan eksklusif dan trendi itu juga yang membuat banyak orang tergoda untuk ikut-ikutan bergaya seperti hipster yang akhirnya memperkuat stereotipe negatif jika hipster adalah anak-anak berduit, superficial, dan hanya mementingkan gaya tanpa tahu substansi di balik atribut yang mereka pakai. Saat ini, ketika menjadi hipster sudah bergeser maknanya menjadi sebuah tren, semua orang bisa saja terlihat seperti hipster dengan mengikuti dress code dan hangout di tempat tertentu. Tapi how we really define someone as a hipster? Apakah dengan memakai skinny jeans dan rutin datang ke konser musik indie sudah cukup untuk mengategorikan seseorang sebagai hipster? Well, not as simple as that.

Mungkin kita sering mendengar kata “hipster” dalam obrolan sehari-hari, tapi saat kamu bertanya “Apa sih hipster itu?” kamu mungkin akan kesulitan menemukan jawaban yang pasti, karena setiap orang punya definisi masing-masing tentang hipster di kepala mereka sementara sebagian besar cuma akan mengangkat bahu, terlalu malas untuk menjelaskan hal yang sebetulnya belum terlalu mereka pahami juga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun