Mohon tunggu...
Alko Komari
Alko Komari Mohon Tunggu... Swasta -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hegemoni Piala Presiden Bukti Kecerdikan Jokowi

27 Januari 2018   08:59 Diperbarui: 27 Januari 2018   09:08 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan hebatnya lagi itu sudah dipikirkan Pak Jokowi sejak awal begitu dilantik sebagai orang nomor satu di negeri yang sangat beragam ini. Menilik awal digelarnya Piala Presiden, ajang ini pertama kali diputar pada 2015, kurang lebih setahun setelah Jokowi menjadi presiden.

Persib Bandung menjadi tim yang berhasil menjuarai Piala Presiden 2015. Pada 2016 memang Piala Presiden tidak digelar, namun pemerintah dengan kendali Presiden Jokowi menggelar turnamen serupa dengan nama Piala Jenderal Sudirman.

Piala Presiden kembali digelar pada 2017 dengan Arema FC Malang sebagai juaranya. Gaung Piala Presiden semakin menggema dengan diadakan lagi di tahun ini, 2018. Tahun yang sudah mulai ancang - ancang menghadapi Pemilihan Presiden 2019.

Cukup mudah untuk menjawab misi terselubung apa yang menyertai Piala Presiden ini. Okelah dengan visi misi yang diusung Piala Presiden, namun lebih dari itu misi besar dari ajang ini adalah menge-goal-kan kembali Jokowi untuk lanjut di periode kedua 2019 - 2024. Turnamen itu menjadi bagian dari komunikasi politik Jokowi menuju 2019.

Menurut Steven Foaster dalam Political Communication, komunikasi politik merupakan cara dan implikasi dimana politisi berusaha untuk mengkomunikasikan pesan terhadap pemilih yang skeptis dan tidak terikat.

Kita tahu bahwa massa yang terlibat di sepakbola terutama suporter sebagian besar merupakan orang yang skeptis dengan politik. Mereka juga tergolong orang bebas yang tidak terikat oleh partai politik.

Selama ini sudah banyak kecerdikan Jokowi dalam melakukan komunikasi politik. Dan Piala Presiden adalah salah satu kecerdikan Jokowi dalam melakukan komunikasi politik untuk meraup suara dari lapisan masyarakat penggila sepakbola.

Jokowi yang berlatar belakang seorang pengusaha tentu sadar tidak begitu paham masyarakat olahraga. Jokowi sebagai seorang politisi juga tidak begitu dekat dengan masyarakat olahraga.

Namun hanya dengan sebuah hajatan Piala Presiden, ini menjadi strategi jitu Jokowi meraih simpati massa dari masyarakat olahraga, khususnya sepakbola.

Melalui Piala Presiden sebenarnya Jokowi telah mempraktikkan ideologi politik yang sangat kanan, proliberalisasi, industrialisasi, dan komersialisasi. Ini tentu bertolakbelakang dengan apa yang dianut Jokowi selama ini yakni pro kerakyatan dan anti liberal. Namun masyarakat sudah terlanjur terhegemoni Piala Presiden, sehingga mata pikirnya tertutup oleh hiruk pikuk yang tersaji dalam turnamen tersebut.

Jokowi juga memilih untuk membiarkan penguasa federasi tertinggi sepakbola di tanah air (PSSI), Edy Rahmayadi bermain di politik mencalonkan gubernur di Sumatra Utara, agar misi tadi berjalan mulus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun