Di Jawa Barat bahkan banyak artis yang bisa jadi akan menjadi alat kampanye salah satu calon seperti Desi Ratnasari dan artis lainnya.
Bagaimana di Jawa Tengah, tentu hal serupa juga tidak bisa dihindarkan. Dimana artis maupun tokoh akan dijadikan alat kampanye calon untuk meraih kemenangan dalam pertarungan politik Pilkada 2018.
Jika semua media mengalami dilema dan kemudian terkalahkan dengan mengubah politik sebagai sebuah tontonan, maka idealisme media benar-benar sudah mati.
Padahal media memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan pendidikan politik bagi masyarakat. Media sebenarnya juga menjadi salah satu harapan masyarakat untuk berperan dalam pendidikan politik, ketika partai politik sendiri sudah lalai akan fungsi pendidikan politik saat kampanye tiba.
Pemanfaatan artis maupun tokoh untuk alat kampanye sebenarnya sudah biasa dilakukan sejak orde baru. Namun bersamaan dengan perkembangan jaman, media seharusnya bisa semakin dewasa dalam menyikapinya.
Revolusi teknologi informasi memang melahirkan logika waktu pendek yang hanya mementingkan keuntungan semata. Namun diharapkan logika waktu pendek tidak memberangus idealisme media dalam memainkan fungsi pendidikan.
Harapan agar media tidak hanya menjadikan politik sebagai sebuah tontonan patut disampaikan ketika tahapan kampanye Pilkada belum dimulai. Sehingga saat kampanye nanti media memberikan porsi yang besar dalam memberikan pendidikan politik bagi pemilih.
Jika itu dilakukan, maka media akan ikut berkontribusi besar dalam melahirkan pemimpin - pemimpin daerah yang memiliki kapabilitas dan berkualitas. Terutama pemimpin di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang ketiganya tergolong wilayah penting dalam pembangunan peradaban bangsa Indonesia.
* Penulis adalah mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Undip dan Ketua Kelompok Kajian Kebijakan Media (K3M)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H